Perdana Menteri Inggris Liz Truss berencana menggelontorkan subsidi energi 50 miliar pound sterling atau Rp2.571 triliun (kurs Rp17.141 per pound sterling) untuk melindungi rumah tangga dan bisnis dari melonjaknya tagihan energi.
Hal ini mengakibatkan pinjaman pemerintah meningkat pada saat investor sudah gelisah tentang keuangan negara.
Melansir CNN Business, Rabu (8/9), Truss sedang menyusun rencana untuk membekukan rata-rata tagihan energi tahunan rumah tangga sebesar 2.500 pound sterling untuk dua tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu berarti tagihan naik 27 persen dari level mereka saat ini, tetapi tetap di bawah 3.549 pound sterling yang akan mereka capai mulai Oktober tanpa intervensi pemerintah.
Financial Times melaporkan bahwa rencana tersebut dapat mencakup 90 miliar pound sterling untuk mendukung rumah tangga dan 60 miliar pound sterling untuk bisnis.
Jika demikian, itu akan melebihi jumlah subsidi gaji jutaan pekerja yang digelontorkan pemerintah selama pandemi untuk mencegah PHK massal, 80 miliar pound sterling.
Lihat Juga : |
Seperti bagian Eropa lainnya, Inggris sedang bergulat dengan cara membayar paket bantuannya. Rincian rencana Truss masih belum jelas, tetapi dia telah memastikan satu hal bahwa pemerintah Inggris tidak mengenakan "pajak tak terduga" baru pada keuntungan perusahaan energi.
"Saya menentang pajak tak terduga. Saya percaya itu adalah hal yang salah untuk menunda perusahaan berinvestasi di Inggris ketika kita perlu menumbuhkan ekonomi," katanya kepada parlemen.