BWI dan IPB Kerja Sama Kelola Sukuk Wakaf Rp200 Miliar
Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) menjalin kerja sama pengelolaan investasi Sukuk Wakaf Tunai (Cash Waqf Linked Sukuk/CWLS) Ritel senilai Rp200 miliar.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerja sama oleh Ketua Badan Pelaksana BWI Mohammad Nuh dan Rektor IPB Arif Satria di Ruang Sidang Rektor, Gedung Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Dramaga, Bogor pada Kamis (22/9).
Arif Satria menyatakan IPB menginvestasikan dana ke instrumen sukuk wakaf untuk meningkatkan potensi wakaf di Indonesia. Namun, IPB ingin dana yang diinvestasikan masuk ke sumber yang tepat karena pengelolaan keuangan IPB turut diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
"Setiap langkah yang kami lakukan harus dipertanggungjawabkan, harus akuntabel. Kami akan ditanya sama BPK ini kenapa penempatan dananya di sini?" ucap Arif usai penandatanganan perjanjian dengan BWI.
Selain itu, IPB memilih sukuk wakaf karena memberikan keuntungan berupa imbal hasil yang lebih besar daripada deposito perbankan. Hal ini bisa mendukung kegiatan Tri Dharma IPB lainnya di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
"Kita tahu kalau deposito hanya dapat paling 2,5 persen, tapi dengan skema sukuk wakaf private placement kita bisa dapat 6 persen, dan bebas pajak," ungkapnya.
Lebih lanjut, Arif menyebut IPB tak hanya menginvestasikan dana di sukuk wakaf, namun juga mengembangkan proyek wakaf dengan skema lain.
Misalnya, pembangunan water station, pemakanan untuk keluarga besar IPB (IPB Memorial Park), wakaf asuransi, sampai wakaf produktif sawah.
Sementara Mohammad Nuh menyambut baik kerja sama pengelolaan sukuk wakaf ritel dengan IPB. Harapannya, langkah IPB bisa ditiru oleh perguruan tinggi lainnya di Indonesia.
"Yang paling penting adalah membuka urusan wakaf yang kita tahu tidak hanya urusan ukhrawi, tetapi juga ada hitungan bisnis. Kami sangat yakin, hal ini akan menjadi endorser atau corong, yang dapat diikuti kampus-kampus lain," ujar Mohammad pada kesempatan yang sama.
Apalagi, menurutnya, perguruan tinggi kini harus mulai memiliki pengelolaan dana abadi masing-masing. Menurutnya, dana abadi ini tidak bisa hanya diam saja, namun juga perlu berkembang.
"Dana abadi ini kan tidak boleh diam, harus berkembang, dan dinvestasikan ke produk yang memiliki return baik," jelasnya.
Selain IPB, BWI mencatat Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) juga telah memiliki sukuk wakaf. Langkah ini serupa dengan perguruan tinggi di kancah internasional, seperti Harvard University, University of Texas, Yale University, Stanford University, dan Princeton University.
(uli/fef)