BPS Angkat Suara soal Beda Hitung Angka Kemiskinan vs Bank Dunia

CNN Indonesia
Senin, 03 Okt 2022 18:48 WIB
BPS menghitung penduduk miskin berdasarkan kemampuan konsumsi masyarakat, sedang Bank Dunia menggunakan metode kompilasi data harga terbaru.
BPS menghitung penduduk miskin berdasarkan kemampuan konsumsi masyarakat, sedang Bank Dunia menggunakan metode kompilasi data harga terbaru. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan metode perhitungan jumlah penduduk miskin yang digunakan Indonesia dan Bank Dunia memang berbeda.

Menurutnya, Indonesia menghitung jumlah penduduk miskin berdasarkan kemampuan konsumsi masyarakat. Contoh, jika pengeluarannya kurang dari 2.100 kilokalori per kapita per hari atau di bawah Rp500 ribu per bulan, maka dianggap penduduk miskin.

Sedangkan, Bank Dunia menggunakan metode perhitungan Purchasing Power Parity (PPP). Ini adalah perhitungan dengan mengkompilasi data harga terbaru di berbagai negara untuk mendapatkan nilai rata-rata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi, Bank Dunia menggunakan yang namanya PPP yang digunakan untuk menilai relatif harga di setiap atau antar negara. Itu dihitung dulu PPP-nya, nah ketemu PPP-nya tadi, baru dihitung kemiskinan di masing-masing negara," ujarnya, Senin (3/10).

Margo menjelaskan perhitungan tersebut tak hanya berbeda dengan Indonesia, tapi banyak negara lain. Dalam hal ini, setiap negara memiliki perhitungan dan pertimbangan sendiri.

Misalnya, di Indonesia penduduknya dianggap miskin bila pengeluarannya kurang dari Rp500 per bulan.

Sedangkan, Bank Dunia menghitung dengan menjumlahkan PPP Indonesia ditambah PPP Malaysia plus PPP Filipina dan PPP China, lalu dibagi dan ketemu rata-rata nilai yang dijadikan patokan garis kemiskinan.

"Bank Dunia menggunakan data dari berbagai negara dengan metode, yakni meng-compareable antar negara. Nah sementara masing-masing negara itu betul-betul punya (perhitungan) sendiri," jelasnya.

Sebagai informasi, Garis Kemiskinan Indonesia pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp505.469 per kapita per bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp374.455 (74,08 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp131.014 (25,92 persen).

[Gambas:Video CNN]



(ldy/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER