Kantor Riset Makroekonomi ASEAN+3 (AMRO) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN+3 pada tahun ini, yakni dari 4,3 persen pada Juli menjadi 3,7 persen pada Oktober.
ASEAN+3 terdiri dari 10 negara ASEAN ditambah tiga negara Asia, yakni China, Jepang, dan Korea.
Kebijakan ketat nol covid-19 dan pelemahan sektor real estat di China serta potensi resesi di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa membebani prospek ASEAN+3.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski ada penurunan, Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor mengatakan khusus kawasan ASEAN berpotensi tumbuh lebih tinggi dari prediksi, yakni dari 5,1 persen menjadi 5,3 persen pada 2022.
Namun, proyeksi tersebut menurun dari 5,2 persen menjadi 4,9 persen untuk tahun depan.
Di ASEAN+3, inflasi terjadi semakin cepat ketika harga makanan dan bahan bakar tetap tinggi meskipun ada penurunan komoditas global utama baru-baru ini.
Pemotongan subsidi hingga depresiasi mata uang juga mendorong harga lebih tinggi.
"Bank sentral di kawasan menaikkan suku bunga kebijakan untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung mata uang mereka. Namun, laju pengetatan moneter umumnya lebih terukur dan bertahap daripada di AS dan Kawasan Eropa," ungkapnya.
Khor juga menyinggung perang berkepanjangan Rusia-Ukraina yang memperdalam krisis energi Eropa turut mendekatkan AS dan Eropa dengan jurang resesi.