Harga Minyak Dunia di Bawah Bayang-bayang Resesi, Jatuh 2 Persen

CNN Indonesia
Selasa, 11 Okt 2022 08:30 WIB
Harga minyak dunia turun hampir 2 persen pada akhir perdagangan Senin (10/10), karena ancaman resesi global.
Harga minyak dunia turun hampir 2 persen pada akhir perdagangan Senin (10/10), karena ancaman resesi global. (AFP/Hassan Ammar).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak dunia turun hampir 2 persen pada akhir perdagangan Senin (10/10). Penurunan harga minyak terjadi karena investor khawatir terhadap ancaman resesi global.

Masalahnya, bayang-bayang resesi global tahun depan kian nyata yang dikhawatirkan akan mengikis permintaan BBM.

Melansir Antara, Selasa (11/10), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember turun US$1,73 atau 1,8 persen menjadi US$96,19 per barel di London ICE Futures Exchange.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November tergelincir US$1,51 atau 1,6 persen menjadi US$91,13 per barel di New York Mercantile Exchange.

Kekhawatiran tentang penurunan permintaan di tengah ancaman resesi dan apresiasi tajam dolar AS terus membebani pasar. Padahal, pekan lalu harga minyak menuai keuntungan yang signifikan, didukung oleh pengurangan produksi besar-besaran oleh produsen utama.

Peringatan resesi muncul usai melihat kebijakan bank sentral di sejumlah negara yang terus mengerek suku bunganya.

Apalagi, bank sentral AS (The Fed) mengerek suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) dari 2,25-2,5 persen menjadi 3-3,25 persen pada September 2022. Kenaikan suku bunga AS tembus level tertingginya sejak krisis keuangan global pada 2008.

Hal ini sekaligus kebijakan terberat The Fed sejak 1980 silam dalam melawan inflasi yang melonjak beberapa waktu terakhir.

Mitra Pendiri Again Capital John Kilduff mengatakan kebijakan bank sentral menaikkan suku bunga memang untuk menekan inflasi. Namun, itu juga menjadi tekanan pada pasar minyak.

"Ada lebih banyak malapetaka dan kesuraman dan apa yang akan mereka lakukan terhadap ekonomi, karena mereka tidak begitu yakin bahwa mereka memiliki inflasi yang terkendali, dan itulah permainan makro yang membebani minyak," imbuh dia.

Kekhawatiran pasar akan menurunnya permintaan juga kiat kuat karena OPEC dan sekutunya, yaitu OPEC+ sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 2 juta barel per hari mulai November.

Tidak hanya itu, harga minyak juga masih dibayangi penguatan dolar AS yang naik untuk sesi keempat berturut-turut. Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

[Gambas:Video CNN]



(mrh/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER