Bursa Saham AS 'Kebakaran' Usai Peringatan Resesi oleh JPMorgan

CNN Indonesia
Selasa, 11 Okt 2022 09:45 WIB
JPMorgan memperkirakan AS akan masuk resesi dalam 6-9 bulan ke depan. Imbasnya, bursa saham AS rontok dalam sekejap.
JPMorgan memperkirakan AS akan masuk resesi dalam 6-9 bulan ke depan. Imbasnya, bursa saham AS rontok dalam sekejap. (AP/Seth Wenig).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bursa saham AS 'terbakar' setelah CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon memperingatkan bahwa AS akan memasuki resesi dalam enam bulan hingga sembilan bulan ke depan.

Dimon mengatakan hal tersebut dalam sebuah wawancara eksklusif bersama CNBC pada Senin (10/10) waktu setempat.

"Anda tidak dapat berbicara tentang ekonomi tanpa membicarakan hal-hal di masa depan, dan ini adalah hal yang serius," ujarnya seperti dikutip dari CNN Business, Selasa (11/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dimon menambahkan bahwa dia berpikir Eropa sudah dalam resesi dan AS mungkin adalah yang berikutnya.

Tercatat Dow turun lebih dari 200 poin tak lama setelah pernyataan Dimon. Hingga pada akhir penutupan perdagangan, Dow turun 95 poin atau 0,3 persen.

S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun tajam pada tengah hari, tetapi juga meningkat dari posisi terendahnya. S&P 500 ditutup melemah 0,8 persen, sedangkan Nasdaq turun 1 persen.

Saham JPMorgan Chase (JPM) sendiri, yang merupakan salah satu dari 30 saham di Dow, turun hampir 1 persen.

Nasdaq mencapai level terendah baru 52 pekan terakhir kemarin. Dow dan S&P 500 juga tidak jauh dari posisi terendahnya.

Dow turun sekitar 20 persen tahun ini dan kembali ke pasar bearish bersama dengan dua indeks pasar utama lainnya.

Pasar saham telah jatuh pada tahun ini karena kekhawatiran akan lonjakan inflasi. Bank sentral AS (The Fed) pun mengerek suku bunga acuan lebih agresif untuk menekan inflasi tersebut.

Di sisi lain, kebijakan moneter itu berpotensi melemahkan pertumbuhan ekonomi dan bisa menyeret ekonomi ke jurang resesi.

Sebelumnya, Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan kebijakan moneter bank sentral yang cukup agresif akan menghambat proses pemulihan ekonomi global.

Imbasnya, ekonomi dunia diperkirakan melambat menjadi 0,5 persen tahun depan. "Pertumbuhan global melambat tajam dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi," papar Malpass.

Ia khawatir tren perlambatan ekonomi akan berlangsung dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Malpass mendesak seluruh negara fokus meningkatkan produksi agar pasokan kembali melimpah, sehingga inflasi bisa ditekan.

[Gambas:Video CNN]



(mrh/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER