Harga Minyak Turun di US$84,58 Buntut Pelemahan Permintaan China
Harga minyak turun pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi wib). Penurunan minyak dunia disebabkan permintaan China yang melemah pada September dan penguatan dolar AS.
Mengutip Antara, Selasa (25/10), menurunnya harga minyak juga disebabkan oleh data aktivitas bisnis AS yang melemah sehingga mengurangi ekspektasi kenaikan suku bunga lebih agresif dan membatasi penurunan harga.
Harga minyak mentah berjangka brent untuk pengiriman Desember kehilangan 24 sen atau 0,3 persen, berada di level US$93,26 per barel di London ICE Futures Exchange.
Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember merosot 47 sen atau hampir 0,6 persen, menjadi US$84,58 per barel di New York Mercantile Exchange.
Kedua harga acuan telah turun sekitar US$2 per barel di awal sesi.
Sementara itu, meski lebih tinggi dari realisasi Agustus, impor minyak mentah China pada September hanya sebesar 9,79 juta barel per hari, turun 2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal ini dikarenakan penyulingan independen membatasi throughput (tingkat pengolahan kilang) di tengah margin tipis dan permintaan yang lesu.
"Pemulihan baru-baru ini dalam impor minyak tersendat pada September," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Ia menambahkan penyulingan independen gagal memanfaatkan peningkatan kuota karena penguncian terkait covid-19 yang sedang berlangsung membebani permintaan.
Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates mengatakan penguatan dolar AS saat ini juga menimbulkan masalah bagi harga minyak. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pembeli non AS.
"Penguatan dolar lebih lanjut akan membebani nilai WTI dengan uji penurunan kami perkirakan di level US$79,50 per barel kemungkinan pada akhir minggu," kata Jim Ritterbusch.
Harga minyak kembali menguat setelah data yang menunjukkan aktivitas bisnis AS mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut pada Oktober, dengan produsen dan perusahaan jasa dalam survei bulanan terhadap manajer pembelian melaporkan permintaan klien yang lebih lemah.
S&P Global mengatakan Indeks Output PMI (Indeks Manajer Pembelian) komposit AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, turun menjadi 47,3 bulan ini dari pembacaan akhir 49,5 pada September.
Analis Price Futures Phil Flynn mengatakan pelemahan itu dapat menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga The Fed untuk melawan inflasi telah berhasil dan dapat membujuknya untuk memperlambat kebijakan kenaikan suku bunganya, sinyal positif untuk permintaan bahan bakar.
"Penurunan angka PMI adalah tanda bahwa ekonomi mungkin sedikit melambat, yang menghasilkan bullish," kata Flynn.