PT Bank KB Bukopin Tbk menutup sejumlah kantor cabang demi memaksimalkan layanan digital. Hal ini sejalan dengan beralihnya layanan perbankan konvensional ke digital.
"Digitalisasi dapat dibagi ke dalam beberapa sisi, yaitu eksternal dari sisi nasabah dan internal dari sisi bank. Bagi perbankan, hubungan antara bank dan nasabah harus senantiasa dijaga melalui pertemuan secara fisik maupun non fisik. Dengan kata lain, digitalisasi memang perlu diadaptasi dan diimplementasikan," tulis rilis resmi Bukopin, dikutip Senin (7/11).
Kendati demikian, perusahaan menjelaskan bahwa keberadaan kantor cabang perbankan secara fisik masih dibutuhkan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang ingin mendapat layanan keuangan khusus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, akibat digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat menyebabkan keberadaan dan fungsi kantor cabang bank konvensional akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu.
Tetapi, perusahaan tidak merinci berapa jumlah kantor cabang yang akan ditutup. Perusahaan juga tidak menyebut dampaknya terhadap karyawan bank.
Mengutip situs resmi perusahaan, Bank KB Bukopin beroperasi di 23 provinsi dengan 43 kantor cabang utama, 174 kantor cabang pembantu. Kemudian, 116 kantor kasi dan 38 kantor fungsional (layanan mikro), 24 payment point, 8 layanan pickup service, serta lebih dari 31 ribu unit PPOB.
Sementara, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara keseluruhan tercatat hanya 25.641 unit kantor cabang bank umum per Juni 2022. Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, menyusut sebanyak 4.058 kantor cabang dari posisi Juni 2021 sebanyak 29.699 kantor cabang.
Digitalisasi kantor cabang sedianya sudah dilakukan beberapa tahun lalu. Berdasarkan data OJK, pada 2015 menjadi puncak tertinggi jumlah kantor cabang sebanyak 32.953, dibandingkan per Juni 2022 yang hanya 25.641 unit. Itu berarti berkurang 7.312 unit atau 22,19 persen dalam kurun waktu 7 tahun terakhir.
Di tengah transformasi digital, Bank KB Bukopin mencoba mengimbangi model bisnis yang sedang berkembang, termasuk mengubah sistem procurement menggunakan SAP Ariba Discovery untuk menjalankan sistem e-procurement.
"Ada 4 (empat) bidang utama transformasi digital yang kami lakukan, yaitu proses, teknologi, data, dan perubahan organisasi," kata Direktur Keuangan KB Bukopin Seng Hyup Shin dalam keterangan resminya, dikutip pada Senin (7/11).
Di lain sisi, pihak SAP menegaskan kerja sama yang dijalin dengan Bukopin dalam fungsi e-procurement dapat memperkuat posisi bank tersebut dalam pengintegrasian teknologi masa kini pada bidang pengadaan dan manajemen aset.
Managing Director SAP Indonesia Andreas Diantoro mengatakan bahwa inovasi SAP memang difokuskan pada penyiapan teknologi.
Harapannya teknologi bisa diintegrasikan ke dalam proses bisnis, sehingga pengambil keputusan terbantu karena memiliki rekomendasi otomatis berbasis data di seluruh proses. "Tentu saja hal ini sangat penting di industri perbankan Indonesia, termasuk di Bank KB Bukopin," tuturnya.
Saat ini, cakupan pengadaan SAP Ariba Discovery yang telah dilakukan dan dapat diakomodir melalui SAP Ariba sekitar 80 persen pengeluaran kantor operasional cabang dan 50 persen pengeluaran kebutuhan departemen di kantor pusat.
Persentase ini bakal terus ditingkatkan dan ditargetkan mencapai 90 hingga 95 persen pengeluaran umum dan administrasi bisa dilakukan melalui SAP Ariba, sehingga pengendalian atas proses pengadaan dapat dilakukan dengan lebih efektif.