Wujudkan Transisi Energi, PLN Ungkap Strategi Pembiayaan di KTT COP 27

PLN | CNN Indonesia
Selasa, 08 Nov 2022 10:10 WIB
Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly mengatakan bahwa peta jalan NZE 2060 memiliki tiga fase, yakni jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
PT PLN (Persero) melanjutkan akselerasi transisi energi guna mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060, antara lain dengan menyusun peta jalan besar untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. (Foto: PLN)
Jakarta, CNN Indonesia --

PT PLN (Persero) melanjutkan akselerasi transisi energi guna mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060, antara lain dengan menyusun peta jalan besar yang terdiri dari tiga fase, yakni jangka pendek, menengah, dan panjang.

Pada gelaran Konferensi Perubahan Iklim (COP 27) di Mesir, Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly menjelaskan bahwa untuk jangka pendek pada periode 2021-2030, PLN tidak lagi membangun pembangkit batu bara baru untuk menghasilkan listrik. Pada jangka menengah periode 2031-2060, PLN melakukan beberapa langkah seperti menyiapkan penyimpanan baterai untuk menunjang pembangkit yang lebih ramah lingkungan.

Sementara untuk jangka panjang, PLN membangun teknologi dan ekosistem untuk mendukung energi bersih seperti penggunaan kendaraan listrik, atau penyediaan sertifikat energi terbarukan atau Renewable Energy Certificate.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi pada dasarnya ada beberapa aspek, jangka pendek, jangka panjang dan kami juga mengembangkan ekosistem serta membangun kemampuan baru, juga mendukung teknologi. Dan kita membutuhkan investasi lebih dari U$700 miliar untuk mencapai net zero emision pada tahun 2060," kata Sinthya dalam sesi diskusi Financing for Energy Transition, Minggu (6/11).

Dari sisi pembiayaan, PLN telah mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan untuk mengamankan keberlanjutan pembiayaan program transisi energi. Namun, kebutuhan anggaran cukup besar, sehingga PLN tetap memerlukan dukungan tambahan untuk mencapai net zero emision.

Untuk itu, PLN telah menerbitkan dokumen Pernyataan Kehendak atas Kerangka Kerja Pembiayaan Berkelanjutan atau Statement of Intent on the Sustainable Financing Framework sebagai salah satu strategi perseroan untuk mendapatkan Green Financing. Melalui skema Energy Transition Mechanism (ETM), PLN bersama pemerintah Indonesia menawarkan skema investasi yang inklusif untuk mencapai target dekarbonisasi.

Sinthya menambahkan, PLN juga telah mendapatkan dukungan finansial sebesar U$500 juta dari perbankan internasional dengan jaminan dari Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) yang merupakan anggota dari Grup Bank Dunia.

Selain itu, PLN juga memperoleh pembiayaan dari program Sustainable and Reliable Energy Access Program dari Asian Development Bank (ADB) sebesar U$600 juta, serta dana pinjaman sebesar U$610 juta dari World Bank untuk proyek pumped storage PLTA sebesar 1.040 MW yang pilot project PLN dalam pengembangan PLTA pumped storage di Indonesia.

PLN pun telah menyelesaikan kerangka keuangan hijau untuk fasilitas green loan sebesar U$750 juta dengan beberapa bank internasional.

"Berikutnya, PLN akan menyusun ESG Framework dan ESG Linked Financing," kata Sinthya.

Sinthya mengungkapkan, dukungan juga diperlukan dalam early retirement PLTU sebagai salah satu upaya mengakselerasi penurunan emisi. Tak hanya dukungan biaya, dibutuhkan juga kerangka kebijakan yang mengatur early retirement PLTU, jaminan ketahanan energi, dan pemberlakuan mekanisme perdagangan karbon atau pasar karbon.

"Kami selalu terbuka atas peluang kerja sama baik skema investasi maupun pengembangan teknologi untuk mengakselerasi tercapainya target NZE. Kami terus membuka diskusi dengan semua mitra bisnis dengan dukungan penuh pemerintah Indonesia sebagai komitmen nyata Indonesia dalam menurunkan emisi karbon global," kata Sinthya.

(rea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER