Keluarga kaya dan kelas menengah atas China dilaporkan cemas melihat lesunya ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut. Bahkan, mereka disebut-sebut sedang menyiapkan visa untuk cabut ke luar negeri.
SCMP melaporkan, awal November ini, di tengah kebangkitan wabah virus corona di seluruh China ada sebuah hotel mewah di barat daya Sichuan dipenuhi ratusan konsultan imigrasi.
"Rekan-rekan saya mengatakan, perusahaan mereka mengalami peningkatan permintaan beberapa kali lipat sejak Mei dan terus bertumbuh dari hari ke hari," kata Danny Cai yang menjalankan perusahaan konsultan studi imigrasi dan luar negeri di Zhejiang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Klien seperti katak di air hangat dan tiba-tiba mereka merasa mendidih. Kami menyadari bahwa China berada di persimpangan jalan dan kebijakan politik dan ekonomi baru dapat membawa ketidakpastian serta risiko yang sangat besar bagi kekayaan mereka," sambungnya.
Kepanikan ini diperparah dengan pernyataan Xi Jinping selaku pemimpin tiga periode China yang diklaim bakal memperketat pengawasan terhadap cara kekayaan dikumpulkan. Hal itu mengguncang para pengusaha swasta dan orang kaya.
"Saya awalnya ragu tentang emigrasi, tetapi baru-baru ini saya akhirnya mengambil keputusan. Beberapa teman dekat di sekitar saya pun berpikiran sama," kata istri salah satu pendiri perusahaan swasta di Guangdong yang memproduksi barang konsumsi untuk pasar domestik dan luar negeri Fang Li.
Fang Li mengatakan salah satu alasan kuat untuk pergi dari China adalah kebijakan nol-covid yang harus dijalani anak-anaknya.
Menurut survei Hurun Report Research Institute pada Januari lalu, sekitar 32 persen dari 750 orang kaya China, yakni dengan aset rata-rata US$5,8 juta per keluarga, mengatakan mereka mempertimbangkan untuk beremigrasi tahun ini.
Angka tersebut naik dari hanya 14 persen pada tahun lalu. Lebih lanjut, ada 6 persen responden mengatakan mereka telah mengajukan permohonan visa asing.