Langkah Freeport Dukung Pemerintah Capai Target NDC
PT Freeport Indonesia (PTFI) hadir dalam acara Conference of the Parties (COP)-27 yang diselenggarakan di Sharm el-Sheikh, Mesir. Hal ini sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah Indonesia dalam mencapai target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Adapun target penurunan emisi gas rumah kaca pemerintah Indonesia sebesar 31.89 persen dengan upaya sendiri dan 43 persen dengan bantuan internasional. Hal itu sudah tertuang dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC).
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas menyampaikan, dukungan penuh ini diberikan karena pihaknya menyadari akan dampak perubahan iklim yang perlu menjadi perhatian dan melakukan upaya bersama untuk dapat mencapai target GRK yang telah ditetapkan Pemerintah.
"Jadi kami menyadari bahwa dampak perubahan iklim adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan dan perlu menjadi perhatian kita bersama. Kita perlu melakukan upaya bersama untuk mengatasi masalah ini," kata Tony kepada CNNIndonesia.com, Selasa (8/11).
Kata Tony, PT Freeport Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang ikut berpartisipasi mengurangi emisi. Perusahaan menargetkan penurunan karbon sebesar 30 persen pada 2030.
Guna mencapai target itu, PT Freeport Indonesia (PTFI) melakukan transformasi teknologi dalam kegiatan operasi penambangannya. Saat ini operasi tambang bawah tanah PTFI menggunakan kereta listrik untuk mengangkut bijih tambang, dan tidak lagi menggunakan truk dengan energi fosil.
"Sehingga tidak ada lagi operasional truk besar yang menggunakan energi fosil dan kami melakukan pengangkutan operasi tambang bawah tanah itu dengan menggunakan kereta tanpa awak bermesin listrik," kata Tony.
Peralihan ini juga memberikan dampak positif terhadap tingkat produktivitas perusahaan, di mana pada tambang bawah tanah Deep Mile Level Zone (DMLZ) yang menggunakan truk dapat mengangkut hasil tambang rata2 80 ribu ton bijih sehari, dengan menggunakan kereta listrik di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) bisa mencapai rata-rata 110 ribu ton sehari.
"Ini tentu saja sangat signifikan menekan emisi karbon. Dan kereta listrik itu bisa mengangkut 110 ribu ton bijih setiap hari. Dan kalau itu diangkut dengan truk akan memerlukan bahan bakar fosil yang sangat banyak sekali," ujar Tony.
Selain itu, pihaknya juga melakukan transformasi di pabrik pengeringan. Tadinya, PT Freeport Indonesia menggunakan bahan bakar fosil untuk melakukan pengeringan. Saat ini, pihaknya menggunakan Vertical Plate Pressure Air Blow (VPA) bertenaga listrik yang lebih ramah lingkungan.
"Ini juga menghasilkan penurunan karbon yang sangat signifikan," ujarnya.
Menurut Tony, penurunan emisi karbon yang dilakukan pihaknya saat ini sudah mencapai 22 persen. Untuk mencapai 30 persen pada 2030 sejumlah langkah dan terobosan tengah dilakukan PT Freeport Indonesia.
"Upaya lain sedang kami lakukan untuk menurunkan emisi karbon 30 persen pada 2030," kata Tony.
Dengan langkah tersebut Tony optimis target penurunan emisi karbon 30 persen pada 2030 akan tercapai.
"Dan bahkan saat ini kami sedang melakukan kajian untuk dapat meningkatkan emisi karbon 30 persen pada 2030 menjadi 60 persen setelah 2030," kata Tony menutup percakapan.
(rea)