G20 bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Pada setiap KTT, G20 mengangkat topik dan isu terkait yang dibahas dalam forum.
Beberapa peran G20 seperti dilansir dari situs resmi Bank Indonesia antara lain:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesuksesan terbesar G20 adalah dukungan mengatasi krisis keuangan 2008 dengan mengubah tata kelola keuangan global. Langkah yang dilakukan adalah menginisiasi paket stimulus fiskal dan moneter yang terkoordinasi serta dalam skala sangat besar.
G20 juga mendorong peningkatan kapasitas pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan bank pembangunan global lainnya.
G20 telah memacu Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) terkait pertukaran informasi terkait pajak.
Pada 2012, G20 menghasilkan cikal bakal Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) keluaran OECD, yang kemudian difinalisasi pada 2015. Saat ini, 139 negara dan jurisdiksi bekerja sama untuk mengakhiri penghindaran pajak lewat BEPS.
G20 menginisiasi penanganan pandemi lewat penangguhan pembayaran utang luar negeri bagi negara berpenghasilan rendah. Tak hanya itu, G20 juga berjanji akan melakukan injeksi pendanaan untuk penanganan pandemi covid-19 lebih dari US$5 triliun untuk mendorong pemulihan perekonomian.
Termasuk juga, negara anggota G20 sepakat untuk menurunkan atau menghapuskan bea dan pajak impor, mengurangi bea untuk vaksin, hand sanitizer, disenfektan, alat medis dan obat-obatan covid-19.
Selain isu perekonomian, G20 juga ikut berperan dalam isu internasional lainnya, termasuk perdagangan, iklim, dan pembangunan.
Dalam hal ini, G20 mendukung pembangunan berkelanjutan dalam gerakan Paris Agreement on Climate Change di 2015 dan The 2030 Agenda for Sustainable Development.