Pertumbuhan ekonomi Jepang turun 1,2 persen menjadi minus 0,3 persen pada kuartal III 2022 (year on year/yoy). Ekonomi ini jauh lebih rendah dibandingkan kuartal II yang tumbuh 1,1 persen.
Kepala Ekonom di Itochu Economic Research Institute Atsushi Takeda mengatakan pertumbuhan yang terkontraksi untuk pertama kalinya di tahun ini disebabkan oleh pelemahan yen yang terjadi di periode Juli-September.
Pelemahan yen itu membuat tekanan ekonomi Jepang yang sebelumnya sudah cukup kuat akibat perlambatan ekonomi global dan lonjakan inflasi semakin kuat. Lalu ditambah dengan dengan yen yang turun ke posisi terendah dalam 32 tahun terakhir, menambah tekanan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah akibat kontraksi tak terduga," ujarnya dikutip dari CNN, Selasa (15/11).
Selain itu, kontraksi juga disebabkan oleh impor yang lebih tinggi dari perkiraan. Padahal, di tengah tekanan itu, sektor penopang perekonomian seperti konsumsi, belanja modal, serta ekspor tumbuh tapi di bawah perkiraan.
"Tiga pilar utama permintaan atau konsumsi, belanja modal, dan ekspor tetap berada di wilayah positif, tapi tidak sekuat perkiraan," imbuhnya.
Pada kuartal III ini, konsumsi tumbuh 0,03 persen, melambat dibandingkan kuartal II yang terealisasi 1,2 persen. Kemudian, investasi non perumahan naik 1,5 persen dan ekspor tumbuh 1,9 persen.
Sebelumnya, pelemahan yen Jepang terhadap dolar AS memicu kenaikan harga berbagai barang dan biaya hidup masyarakatnya. Ini menambah tekanan ke inflasi yang telah melonjak sejak awal tahun.
Kondisi perekonomian yang tertatih-tatih ini membuat Jepang makin dekat dengan ambang resesi.