Harga apartemen di Korea Selatan merosot 1,2 persen pada Oktober 2022. Penurunan itu merupakan yang terbesar untuk setidaknya 19 tahun terakhir atau sejak 2003.
Dilansir Reuters, Rabu (16/11), Dewan Real Estat Korea mencatat penurunan harga terjadi lantaran kenaikan suku bunga hipotek terus menurunkan permintaan.
Di ibu kota Seoul, harga apartemen turun 1,24 persen, tercepat sejak Desember 2008. Hal itu memperpanjang kerugian selama sembilan bulan berturut-turut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indeks nasional untuk harga transaksi apartemen juga merosot 7,13 persen selama periode Januari-September, di jalur penurunan tahunan terbesar sejak data itu diperkenalkan pada 2006.
Penurunan harga memperkuat proyeksi Bank Sentral Korea Selatan (BoK) akan memperlambat laju kenaikan suku bunga dalam beberapa pekan mendatang.
Pasar memperkirakan BoK akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 24 November, setelah memberlakukan total kenaikan 250 basis poin sejak Agustus tahun lalu untuk menahan inflasi.
Lonjakan biaya hidup mengikis pendapatan rumah tangga dan menggelapkan prospek konsumsi di ekonomi terbesar keempat di Asia, di mana pengeluaran swasta menyumbang kira-kira setengah dari produk domestik bruto.
Analis memperkirakan hanya satu atau dua kali kenaikan suku bunga oleh BoK untuk sisa tahun ini dan 2023 menjadi 3,25 persen atau 3,5 persen.
"Secara historis, pasar properti telah menjadi salah satu variabel terpenting bagi kebijakan moneter Korea Selatan, karena terkait erat dengan utang rumah tangga negara, yang merupakan rasio tertinggi di dunia terhadap PDB," ujar ekonom DB Financial Investment Moon Hong-cheol.
Berdasarkan data Institute of International Finance, rasio utang rumah tangga terhadap PDB Korsel mencapai 102,2 persen pada kuartal II lalu.
"Pengetatan yang berlebihan dapat mengakibatkan dampak yang tidak dapat diubah, dan untuk soft-landing pasar properti, BOK harus secara tepat mencerminkan kondisi pasar dalam keputusan kebijakan moneternya," tambah Moon.
Selain di Korsel, lesunya pasar properti juga terjadi di sejumlah negara, salah satunya China.
Karenanya, Pemerintah China meluncurkan beberapa upaya untuk menyelamatkan sektor properti yang tengah 'babak belur'.
Pihak regulator perbankan dan bank sentral mengeluarkan 16 arahan internal untuk mempromosikan pertumbuhan industri yang sehat serta stabil.
Langkah ini termasuk dukungan kredit untuk pengembang perumahan yang rentan dengan utang, dukungan keuangan untuk memastikan penyelesaian dan penyerahan unit kepada pemilik rumah, serta bantuan penangguhan pembayaran pinjaman untuk pembeli rumah.