Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyinggung keterlambatan dalam proyek pengembangan minyak dan gas di Blok Masela.
Mengutip detikfinance, menurutnya, untuk mempercepat pengembangan di Masela regulator hulu migas mesti memberikan insentif yang menarik bagi investor. Airlangga menilai kebutuhan insentif baik fiksal maupun non fiskal perlu dibahas secara dalam antara pemangku kepentingan dan investor.
Dia pun meminta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk mempertimbangkan sarannya tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Kita melihat beberapa proyek termasuk misalnya proyek masela ini kelihatannya juga mengalami keterlambatan. Bila dipandang belum cukup mendorong pertumbuhan industri migas, tentu bisa dibuka kemungkinan untuk melihat apakah regulasi-regulasi yang ada cukup efektif dalam mendorong (investasi), bila belum efektif tentu perlu dilakukan revisi-revisi ke arah perbaikan," papar Airlangga dalam International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) di Nusa Dua, Bali, Kamis (24/11).
Menurutnya, peningkatan produksi migas di dalam negeri sudah menjadi target banyak pihak sejak bertahun-tahun yang lalu. Hanya saja, target lifting migas 1 juta barel minyak per hari tidak pernah tercapai. Malah saat ini produksinya terus menurun.
"Oleh karena itu perlu ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh SKK Migas agar situasi iklim investasi maupun insentifnya bisa lebih baik di samping itu juga mendorong transisi energi yang mengarah pada energi baru terbarukan," ungkap Airlangga.
Sebelumnya, Shell Upstream Overseas Ltd memutuskan untuk hengkang dari proyek gas abadi Blok Masela pada 2020 lalu.
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani mengatakan pada saat itu pemerintah sangat kecewa karena harus melepas perusahaan besar tersebut.
"Kita kecolongan ketika Shell, pada waktu itu kita yang pertama kali bikin dan bagus sekali di Indonesia dalam term on condition fiskal-nya, dia enggak nerapin sampai produksi," ujarnya dikutip detikfinance, Rabu (16/11).
Padahal, pada saat itu pemerintah sangat berharap Shell bisa terus melanjutkan proyeknya di Indonesia. Di mana pemerintah sudah memberikan banyak insentif fiskal.
"Jadi gini kita harapkan dengan bagusnya term and condition dia Shell kan perusahaan besar itu dijalankan harusnya ya, di tengah jalan dia exit padahal bagus," imbuhnya.