Berkah e-Commerce ke Sektor Properti Diprediksi Melemah Usai Pandemi

PT Knight Frank Indonesia memprediksi pengaruh e-commerce pada sektor properti menurun usai pandemi.

Senior Research Advisor Syarifah Syaukat mengatakan selama dua tahun terakhir e-commerce menyumbang potensi besar pada sektor logistik dan lebih lanjut ke sektor properti.

"Kami melihat secara rapid dalam dua tahun ke belakang, terutama di tengah pandemi, pertumbuhan e-commerce yang demikian tinggi. Kami juga melihat bahwa para pemain e-commerce melakukan studi di mana mereka patut membuka lokasi sebagai tempat pengepul barang-barangnya," ujar Syarifah di Jakarta Pusat, Kamis (1/12).

Menurutnya, selama pandemi industri toko online ini mempengaruhi minat pada pergudangan modern. Sejumlah kota metropolitan ikut dipilih menjadi lokasi penyimpanan barang, tidak hanya Jakarta namun juga kota-kota sekitarnya.

Namun, kondisi itu dikhawatirkan akan kembali normal usai pandemi covid-19 membaik. Sejumlah pihak dalam riset tersebut mengaku khawatir jika kebiasaan berbelanja di e-commerce berganti dan kembali ke mode normal.

"Jadi berimplikasi online store terhadap pertumbuhan properti, yes. Tapi kita juga perlu mewaspadai, dalam rilis Knight Frank Asia Pasifik yang dirilis hari ini, dalam ranah regional ada kekhawatiran mereka ketika e-commerce normal," ungkapnya.

Sementara itu, Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip menjelaskan tak banyak dampak layoff massal pada pegawai e-commerce dengan pertumbuhan di sektor properti.

Ia meyakinkan bahwa PHK massal itu diakibatkan ekspansi terlalu besar dan cepat. Untuk itu, tak banyak kaitannya dengan supply-demand dengan sektor properti.

Lebih jauh, hasil survei yang dilakukan dengan metode purposive random sampling itu menunjukkan e-commerce sebagai salah satu bisnis potensial pendongkrak pertumbuhan properti 2023.

E-commerce memimpin sebesar 63 persen kemudian diikuti data center dengan besaran yang sama. Pada posisi ketiga diisi sektor logistik dengan 61 persen dan food and beverage (FnB) sebesar 56 persen.

[Gambas:Video CNN]