BI Waspadai Fenomena 'Cash is The King' pada 2023

CNN Indonesia
Jumat, 02 Des 2022 17:38 WIB
Bank Indonesia (BI) mewaspadai lima persoalan akibat dampak ekonomi global pada 2023. Salah satunya, fenomena cash is the king. (CNN Indonesia/ Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bank Indonesia (BI) mewaspadai lima persoalan akibat dampak ekonomi global pada 2023. Salah satunya, fenomena cash is the king.

Cash is the king mencerminkan keyakinan jika uang tunai atau cash lebih berharga ketimbang aset investasi lainnya. Fenomena ini terjadi akibat ketidakpastian yang tinggi.

"Karena persepsi risiko yang tinggi, para investor global menarik dananya dari emerging market termasuk Indonesia, dan menaruhnya dalam investasi likuid, yang mendekati cash," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Siniar Prospek Perekonomian dan Arah Bauran Kebijakan Bank Indonesia 2023, Jumat (2/12).

Selain fenomena cash is the king, empat risiko lainnya yang diwaspadai BI pada 2023 adalah, pertama, pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun bahkan risiko resesi yang meningkat di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Kedua, tingkat inflasi yang tinggi di berbagai negara. Ketiga, kenaikan suku bunga bank sentral AS The Fed dan bank sentral negara maju lainnya yang diperkirakan berlanjut hingga tahun depan.

"Keempat, berkaitan dengan penguatan mata uang dolar AS yang begitu kuat, sehingga memberikan tekanan pelemahan pada berbagai mata uang, termasuk rupiah," ujar Perry.

Perry menyampaikan di tengah risiko global tersebut, BI tetap optimis dengan melakukan bauran kebijakan yang optimal dan bersinergi dengan pemerintah.

Arah bauran kebijakan BI pada 2023, yakni pro stability di mana kebijakan moneter akan tetap menjaga stabilitas, menurunkan inflasi, menstabilkan nilai tukar rupiah dari tekanan global.

Kebijakan lainnya, yaitu diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi atau pro growth, di antaranya adalah kebijakan makroprudensial yang longgar, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta inklusi ekonomi dan keuangan, termasuk ekonomi hijau.

Dengan kebijakan itu, Perry optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan berada di level 4,5 persen-5,3 persen dan tingkat inflasi kembali ke sasaran 3 persen plus minus 1 persen.



(fby/bir)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK