Lonjakan Kasus Covid-19 di China Bikin Pabrik Terpaksa Tutup

CNN Indonesia
Senin, 26 Des 2022 20:00 WIB
Kasus covid-19 kembali melonjak di China dan berdampak pada kondisi ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut, dan membuat pabrik bahkan terpaksa tutup.
Kasus covid-19 kembali melonjak di China dan berdampak pada kondisi ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut, dan membuat pabrik bahkan terpaksa tutup. (NOEL CELIS / AFP).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus covid-19 kembali melonjak di China dan berdampak pada kondisi ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut. Beberapa pabrik bahkan terpaksa tutup akibat lonjakan virus tersebut. 

Mengutip CNN, Senin (26/12), beberapa kota dan provinsi di China melaporkan puluhan ribu kasus covid-19 baru setiap hari. Penyebaran infeksi yang cepat membuat banyak orang memilih berdiam di rumah serta mengosongkan toko dan restoran yang ada.

Selain itu, pabrik dan perusahaan di China juga terpaksa tutup dan memangkas produksi karena semakin banyak pekerja yang terinfeksi virus tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jumlah orang di jalanan telah menurun tajam dari tingkat yang sudah tenang di seluruh negeri. Itu akan mempengaruhi permintaan," kata Analis dari Capital Economics dalam sebuah catatan penelitian pekan lalu.

Pabrik-pabrik di China juga dilaporkan mengurangi produksi. Industri utama, seperti semen dan serat kimia melaporkan tingkat utilisasi yang lebih rendah dari kapasitas produksi seharusnya.

Bahkan, BYD selaku produsen kendaraan listrik terbesar di China mengatakan harus memangkas produksi 2.000 hingga 3.000 kendaraan per hari karena banyak karyawan mereka yang tidak bisa bekerja.

"Wabah covid-19 sangat berdampak pada produksi kami. Sebanyak 20 persen hingga 30 persen karyawan kami sakit di rumah," kata Wakil Presiden BYD Lian Yubo dalam sebuah forum di Shenzhen.



Yubo menambahkan produksi bulanan perusahaan kemungkinan tidak bisa mencapai target sebesar 20 ribu hingga 30 ribu kendaraan pada akhir Desember ini.

Di lain sisi, beberapa pabrik furnitur di Provinsi Jiangsu Timur telah memberi tahu karyawannya untuk berlibur lebih awal dan merayakan Tahun Baru Imlek. Padahal, libur Tahun Baru Imlek baru berlangsung antara 21-27 Januari 2023.

Sebanyak 60 persen perusahaan tekstil dan pencelupan di provinsi pesisir Guangdong, Zhejiang, dan Shandong yang merupakan pusat manufaktur utama negara itu juga mengumumkan akan menangguhkan produksi dan libur panjang selama dua bulan.

"Dengan migrasi ke daerah pedesaan menjelang Tahun Baru Imlek, bagian mana pun dari negara yang saat ini tidak berada dalam gelombang Covid besar kemungkinan besar akan segera terjadi," pungkas Capital Economics.

[Gambas:Video CNN]



(skt/dzu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER