Pengeluaran belanja warga Amerika Serikat (AS) naik selama libur natal tahun ini. Kenaikan ini dipicu mahalnya harga-harga akibat inflasi yang tinggi. Selama musim liburan, konsumen terpaksa membayar lebih mahal untuk barang kebutuhan sehari-hari maupun kuliner.
Mastercard Spending Pulse melaporkan pada periode 1 November hingga 24 Desember, penjualan ritel AS tercatat meningkat 7,6 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Data diperoleh dengan melacak penjualan ritel di toko-toko maupun penjualan daring, dengan berbagai metode pembayaran, tanpa memasukkan penjualan otomotif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan tersebut menjadi kabar baik pulihnya daya beli masyarakat dari kelesuan penjualan ritel AS pada November. Namun, inflasi dicurigai menyumbang sebagian besar kenaikan belanja liburan dari tahun ke tahun.
Jumat lalu, Kementerian Perdagangan melaporkan indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) naik 5,5 persen pada November, dibanding tahun sebelumnya.
"Konsumen dan retailer menjalani musim dengan baik, ini menunjukkan ketahanan di tengah meningkatnya tekanan ekonomi," ujar Kepala Ekonom Mastercard Economics Institute, Michelle Meyer, dikutip CNN Business, Rabu (28/12).
Temuan Mastercard, konsumen mendiversifikasi pengeluaran mereka untuk mengatasi mahalnya harga-harga dan memprioritaskan makan di luar. Penjualan di restoran tumbuh lebih dari 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Konsumen AS juga menunjukkan preferensi yang meningkat untuk berbelanja online. Penjualan online tumbuh 10,6 persen dari tahun ke tahun. E-commerce menyumbang 21,6 persen dari total penjualan ritel, naik dari 20,9 persen pada tahun 2021.
(pta/sfr/sfr)