Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di level 6.850 pada Jumat (30/12). Secara akumulatif, perdagangan dalam sepekan terakhir berhasil menguat 0,73 persen.
Tercatat investor asing melakukan jual bersih (net sell) minus Rp2,62 triliun. Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Yulianto Aji Sadono mengungkapkan penutupan pasar pada 2022 ditandai dengan sejumlah capaian.
Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) tercatat Rp14,7 triliun atau naik 10 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu yakni Rp13,4 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Selanjutnya, frekuensi transaksi harian juga telah mencapai angka 1,31 juta kali transaksi atau naik 1,1 persen dibandingkan akhir tahun 2021 dan merupakan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan Bursa di Kawasan ASEAN sepanjang empat tahun terakhir.
Sementara, pertumbuhan juga tercermin pada rata-rata volume transaksi harian yang telah mencapai 23,9 miliar saham atau naik 16 persen dibandingkan akhir tahun lalu.
Pengamat pasar modal Oktavianus Audi memperkirakan IHSG bergerak mixed dengan potensi menguat terbatas sepekan ke depan. Melalui analisis teknikal, indikator MACD pada IHSG menunjukkan tren yang menguat didukung sejumlah sentimen positif.
Salah satunya dari dalam negeri yaitu rilis data inflasi Desember yang diperkirakan kembali turun ke level 5,39 persen dari sebelumnya 5,42 persen pada November 2022.
"Penurunan ini bisa memberikan sentimen positif untuk pasar jika dapat terus berlanjut, karena yang dikhawatirkan penurunan ini hanya bersifat sementara dan akan memberikan pandangan BI untuk terus melakukan pengetatan kebijakan moneter," kata Oktavianus ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (1/1).
Namun, terdapat pula beberapa sentimen negatif seperti rilis data S&P PMI Manufaktur Indonesia yang diperkirakan turun ke level 50. Hal ini akan menjadi sentimen negatif untuk IHSG dan industri jika berada di bawah level 50.
Pasalnya, jika di bawah 50, terjadi kontraksi pada industri manufaktur dalam negeri.
Tak hanya itu, terdapat sejumlah sentimen negatif yang berpeluang mempengaruhi pergerakan IHSG dari luar negeri. Salah satunya adalah rilis data PMI Manufaktur Amerika Serikat dan China yang diperkirakan kembali turun.
"Ini merupakan gambaran dari mulai terjadi perlambatan ekonomi dan memberikan pesan negatif kepada pasar," tutur Oktavianus.
Selain itu, pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada pekan ini juga akan mempengaruhi pasar jika pandangan The Fed kembali hawkish dengan kondisi AS saat ini.
Menurutnya, para investor masih dapat memanfaatkan momentum penguatan jangka pendek jika IHSG mampu bertahan di atas support MA20 atau di level 6.822. Sedangkan, sektor yang dapat diperhatikan adalah infrastruktur telekomunikasi dan kesehatan.
"Sedangkan yang dihindari adalah energi sub-sektor batu bara dikarenakan mulai terjadinya penurunan permintaan dan harga komoditas yang mulai normalized," ucapnya.
Sejumlah saham yang direkomendasikan Oktavianus adalah ISAT dengan buy on break. Menurutnya, dalam jangka pendek harga ISAT bergerak sideways.
Jika harga menembus resistance di level 6.200 maka membuka peluang penguatan terbuka menuju 6.600.
Saham kedua adalah MIKA dengan rekomendasi trading buy. Ia mengungkapkan harga MIKA pekan lalu berhasil menembus resistance dan bergerak di atas MA10 kembali.
Dengan pergerakan itu, maka peluang kembali bergerak ke level 3.500 terbuka dengan level support 3.030.
Oktavianus juga merekomendasikan saham RAJA untuk trading buy. Menurutnya, harga RAHA berhasil bergerak di atas MA10 atau 960 dan indikator MACD menunjukkan penguatan tren pada pekan lalu.
Hal ini membuka peluang penguatan harga menuju 1.140 dan support di level 980.
Pandangan serupa datang dari pelatih investasi saham dan derivatif sekaligus CEO Akela Trading System Hary Suwanda. Menurutnya, performa IHSG setahun terakhir yang ditutup menguat 3,05 persen berhasil mengungguli bursa saham asing, seperti indeks S&P 500 minus 19,44 persen, Nasdaq minus 33,03 persen, dan Dow Jones minus 8,58 persen.
Menurutnya, 2022 merupakan momen pembersihan terhadap berbagai asset bubble yang tercipta pada tahun-tahun sebelumnya, antara lain yang terparah adalah kripto seperti bitcoin yang anjlok 64,26 persen dan ethereum yang minus 68.12 persen.
"Selama sepekan ke depan IHSG akan menguji resistance di level 7.105, sementara support saat ini adalah 6.827," ucap Hary.
Sentimen yang diperkirakan bakal mempengaruhi investor adalah data PMI Manufaktur AS serta Non Farm Payroll yang akan dirilis pada 4-6 Januari mendatang. Menurutnya, dua data ini akan memberikan sinyal seberapa kuat ekonomi Amerika Serikat menghadapi kebijakan uang ketat The Fed untuk mengendalikan inflasi.
Selain itu, para investor juga akan menantikan data inflasi AS per Desember 2022, yang akan dirilis pada 12 Januari 2023.
"Sedangkan, dari dalam negeri, pemerintah resmi mencabut PPKM, dan ini bisa memberikan sentimen positif bagi IHSG," paparnya.
Ia mengaku masih harus membaca pergerakan IHSG untuk sektor-sektor yang direkomendasikan. Sejauh ini, ia menyarankan sejumlah emiten seperti MIKA, RAJA, IMJS, dan BBRI.
(cfd/agt)