Covid China Benamkan Harga Minyak ke US$72

CNN Indonesia
Kamis, 05 Jan 2023 07:55 WIB
Harga minyak dunia anjlok lebih dari US$4 per barel akibat covid di China. Akibat kejatuhan itu, minyak WTI kini dibanderol US$72,84 per barel dan Brent US$77.
Harga minyak dunia anjlok lebih dari US$4 per barel akibat covid di China. Akibat kejatuhan itu, minyak WTI kini dibanderol US$72,84 per barel dan Brent US$77. (iStock/bomboman).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak dunia anjlok lebih dari US$4 per barel pada Rabu (4/1) sore waktu AS atau Kamis (5/1) pagi WIB sehingga membukukan persentase penurunan paling tajam dalam dua hari perdagangan pertama setiap tahun selama lebih dari 3 dekade terakhir.

Mengutip Reuters Kamis ini, harga minyak jenis Brent berjangka menetap di US$77,84 per barel, turun US$4,26 atau 5,2 persen dibanding hari sebelumnya.

Sementara itu, harga minyak mentah jenis WTI menetap di US$72,84 per barel atau turun US$4,09 atau 5,3 persen dibandingkan hari sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan pelemahan itu, brent telah turun sekitar 9,4 persen minggu ini. Penurunan ini merupakan pelemahan dua hari tertajam di awal tahun sejak Januari 1991.

Analis menyebut kejatuhan harga minyak ini dipicu kekhawatiran investor atas potensi penurunan permintaan bahan bakar yang terjadi akibat pelemahan ekonomi global.

Kekhawatiran semakin meningkat tatkala kasus covid-19 di China yang merupakan konsumen minyak terbesar dunia melesat. Peningkatan tersebut dikhawatirkan pasar akan semakin mempersuram permintaan minyak sehingga membuat harganya kian jatuh.

"Minyak mentah anjlok di tengah kekhawatiran seputar covid-19 China dan The Fed yang menjungkalkan ekonomi global ke jurang resesi. Kedua faktor itu sangat menghancurkan," kata Direktur Energi Berjangka di Mizuho di New York Bob Yawger.

[Gambas:Video CNN]

Data dari China menunjukkan meskipun tidak ada varian virus corona baru yang ditemukan di sana, kasus covid di sana terus meningkat. Sayangnya di tengah peningkatan, WHO menyebut China tidak terbuka .

Data yang disajikan China kata mereka, kurang merepresentasikan berapa banyak orang yang meninggal akibat lonjakan covid belakangan ini.



(agt/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER