Menurut Bhima, kualitas dari investasi langsung, terutama Penanaman Modal Asing (PMA) selama 10 tahun terakhir cenderung menurun. Investasi tercatat banyak masuk ke sektor jasa dan sektor berbasis komoditas.
Contohnya, investasi langsung PMA mulai tahun lalu sudah terindikasi berkorelasi dengan boom harga komoditas. Kemudian pra pandemi banyak investasi padat modal di sektor teknologi.
"Memang tidak bisa disalahkan masuk ke teknologi atau perusahaan startup, namun harus di imbangi dengan investasi di sektor manufaktur juga," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, pemerintah harus bisa melipat gandakan porsi dari industri pengolahan terhadap investasi baru dan existing agar lebih berkualitas.
"Industri kan bukan cuma butuh obral insentif pajak, tapi juga butuh kemudahan izin, perlindungan terhadap impor barang jadi, akses ke bahan baku, hingga penurunan biaya logistik dan pemberantasan pungli," tutur Bhima.
Sementara, Ekonom Core Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai perekonomian di era kepemimpinan Jokowi bersifat moderat. Artinya, meski masih ada pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan, tetapi juga ada pencapaian.
"Dari pencapaian, salah satu warisan yang terlihat adalah pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan di dua masa kepemimpinan Pak Jokowi. Meskipun ada evaluasi dari pendekatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan, namun demikian perlu diakui Indonesia membutuhkan infrastruktur terutama dalam pembangunan ekonomi jangka panjang," jelas Rendy.
Sementara, dari sisi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan, ia menyorot soal fenomena deindustrialisasi yang tengah dialami Indonesia.
Saat ini, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB cenderung menurun, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi tak berdampak pada peningkatan tenaga kerja.
"Inilah yang juga menjadi salah satu faktor kenapa investasi yang tercipta semakin sedikit dalam menyerap tenaga kerja, karena investasi di sektor manufaktur terutama yang padat karya mengalami tren perlambatan terutama dalam beberapa tahun ke belakang," kata dia.
Rendy berharap pemerintah bisa menarik investasi ke sektor manufaktur untuk mendorong pertumbuhan berkualitas. Tentu saja, harus dibarengi dengan pemberian upah yang lebih tinggi agar kesejahteraan masyarakat ikut meningkat.
"Pertumbuhan yang lebih berkualitas adalah pertumbuhan yang tidak hanya mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar, tetapi juga jenis pekerjaan yang diberikan adalah pekerjaan dengan upah yang layak dan pekerjaan yang sifatnya formal dan mempunyai jaminan sosial untuk pekerjaannya," kata Rendy.
Menurut Rendy, salah satu jenis pekerjaan atau lapangan usaha yang bisa memenuhi prasyarat tersebut adalah sektor industri manufaktur.
"Sektor ini kemudian perlu digalakkan kembali atau istilahnya disebut dengan reindustrialisasi dengan cara menciptakan ekosistem industri manufaktur yang baik," pungkasnya.