Jakarta, CNN Indonesia --
Pasangan suami istri (pasutri) muda yang ingin memiliki anak harus paham bagaimana tips menyiapkan dana untuk biaya persalinan. Dana tersebut bisa dicicil dengan menyisihkan penghasilan Anda dan pasangan.
Selain biaya persalinan, ada kebutuhan lain yang tak kalah penting. Bagaimana mempersiapkan peralatan bayi, kebutuhan sandang dan pangan buah hati, hingga biaya pendidikan anak.
Setidaknya ada tiga tahap pembagian dana yang perlu dipersiapkan untuk menyambut kelahiran buah hati, mulai dari pra persalinan, saat di RS, hingga setelah melahirkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perencana Keuangan Finante.id Dyah Lestari Agustini mengatakan memiliki buah hati adalah harapan banyak pasangan muda. Namun, mempersiapkan kelahiran tidak hanya perkara biaya persalinan. Ada banyak printilan lain yang harus dipersiapkan.
Dyah membagi cara menyiapkan dana untuk kelahiran anak ke dalam tiga tahap, yakni pra persalinan, saat di rumah sakit (RS), dan 30 hari setelah melahirkan. Berikut rincian lengkapnya:
1. Pra persalinan
a. Cek tunjangan kelahiran
Dyah mengatakan pasangan muda harus paham soal tunjangan persalinan. Menurutnya, bagi suami istri yang berstatus sebagai karyawan, biasanya perusahaan akan memberikan sejumlah tunjangan untuk melahirkan.
"Pastikan Anda menyesuaikan RS tempat persalinan dan biaya. Jangan sampai melebihi tunjangan yang diberikan oleh kantor. Jika Anda bukan karyawan, cek manfaat BPJS Kesehatan dan sesuaikan biaya persalinan sesuai manfaat yang didapatkan," jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (12/1).
b. Rencanakan anggaran untuk kebutuhan bayi
Jangan lupa merencanakan anggaran untuk kebutuhan bayi, seperti susu, popok, makanan sehat untuk ibu, dan seterusnya. Dyah menegaskan pasangan muda harus menyisihkan setidaknya 10 persen dari pendapatan per bulan untuk kebutuhan ini.
c. Pertimbangkan beli barang bekas
Dyah menyarankan pasangan muda untuk mempertimbangkan membeli peralatan bayi bekas, seperti stroller, mainan, dan kebutuhan lain dari market place. Tujuannya untuk menghemat pengeluaran karena peralatan ini tidak akan dipakai jika anak sudah lebih besar.
d. Pilih dokter yang masuk dalam jaringan asuransi
Kondisi badan bayi setelah lahir tentu masih rentan. Namun, pasangan muda perlu segera menentukan dokter pertama bayi yang tepat.
Oleh karena itu, Dyah menyarankan untuk memilih dokter yang masuk dalam jaringan asuransi yang digunakan oleh pasangan muda. Hal ini perlu dipikirkan sebelum persalinan agar perhitungan biaya lain bisa dikalkulasikan lebih baik.
e. Pastikan dana darurat cukup
Jika belum memiliki dana darurat, pasangan muda masih punya waktu untuk menyiapkannya sembari mempersiapkan kelahiran sang buah hati.
Dyah menyebut anak-anak rawan kecelakaan. Selain itu, Anda harus mempersiapkan dana darurat karena membesarkan anak tidak ada yang tahu berapa besaran biaya tak terduga.
"Persiapkan dana darurat 6-9 kali pengeluaran bulanan. Siapkan budget atau dana yang lebih dari kebutuhan sebagai dana talangan jika dibutuhkan sewaktu-waktu," sarannya.
a. Membuat akte kelahiran
Setelah biaya dan kebutuhan pra persalinan siap, saatnya pasangan muda mengeluarkan dana untuk kebutuhan di RS. Bukan soal biaya lahiran, tapi persiapan dokumen dan biaya membuat akte kelahiran anak.
"Saat ini ada banyak RS dan klinik ibu yang membantu untuk membuatkan akte kelahiran. Kadang kala sudah termasuk dalam tarif paket persalinan yang dimiliki. Hal ini perlu dipastikan, agar saat itu tiba Anda tidak kelabakan untuk mempersiapkan dokumen beserta dananya," tegas Dyah.
Lanjut ke halaman sebelah...
3. 30 hari setelah melahirkan
a. Daftarkan anak ke tunjangan kantor
Ada perusahaan yang memiliki tunjangan anak, tetapi ada juga yang tidak memiliki tunjangan istri dan anak. Jika perusahaan tempat Anda bekerja memberikan tunjangan ini, segera urus persyaratan yang dibutuhkan.
Biasanya pengurusan tunjangan anak perlu beberapa dokumen. Jika sudah mendaftarkan anak ke tunjangan kantor, Anda bisa mendapatkan bantuan perawatan kesehatan yang diberikan perusahaan bagi anak, seperti rawat inap dan tindakan operasi, pembelian obat-obatan, dan kebutuhan lainnya.
b. Belikan anak asuransi kesehatan
Asuransi tidak hanya untuk Anda selaku orang tua. Bila perlu, tambahkan anak sebagai tertanggung dari asuransi kesehatan yang Anda dan pasangan miliki.
"Sekali lagi, anak masih sangat rentan, bisa mudah mengalami sakit. Untuk itu Anda perlu berjaga-jaga dengan membelikan anak asuransi kesehatan," tutur Dyah.
c. Biaya pendidikan
Biaya pendidikan semakin hari semakin mahal, tetapi Anda bisa membuatnya menjadi lebih mudah bila mulai mengelolanya lebih awal. Upayakan untuk mempersiapkan dana pendidikan anak sedini mungkin.
Perencana Keuangan OneShildt Consulting Imelda Tarigan menyampaikan pasangan muda jangan hanya terfokus dengan biaya kelahiran anak, tapi harus mempersiapkan biaya pendidikan dan asuransi.
"Orang tua sebaiknya lebih fokus dalam mempersiapkan biaya pendidikan ketimbang menghamburkan uang untuk hal-hal yang lucu. Idealnya sisihkan pendapatan setiap bulan sekitar 10 persen untuk biaya pendidikan dan asuransi sang ayah. Kalau ada apa-apa, biaya pendidikan anak tetap tersedia," jelas Imelda.
Imelda amat menekankan biaya pendidikan anak yang harus disiapkan pasangan muda sedari awal. Kendati, ia masih mentolerir jika pasangan muda harus mengeluarkan biaya-biaya lain untuk memenuhi kebutuhan ngidam sang ibu.
Menurutnya, percaya atau tidak, jika permintaan ngidam tidak dipenuhi maka si bayi akan ngences terus dan bisa menimbulkan luka akibat liur berlebih.
"Saya sih tidak pernah baca literatur scientific-nya, tapi di kehidupan sehari-hari sering terbukti. Kalau pun ngidam berikan secukupnya saja, supaya tidak ngences bayinya," sarannya.
Selain itu, Imelda menyarankan orang tua harus memiliki daftar prioritas kebutuhan. Misalnya, lebih baik menggunakan popok kain untuk bayi ketimbang pampers yang mahal dan kurang sehat. Pampers tidak baik untuk kulit bayi maupun lingkungan, terlebih pampers merupakan sampah yang tidak bisa didaur ulang.
[Gambas:Photo CNN]
Ia juga kurang sepakat dengan orang tua yang terlalu memanjakan anak dengan menumpuk mainan. Menurutnya, hal tersebut kadang membuat pasangan muda lupa berinvestasi untuk pendidikan dan asuransi anak.
Imelda menekankan boleh saja jika pasangan muda ingin membelikan mainan untuk anak, tetapi anggarannya harus disesuaikan. Misalnya, setiap dua bulan sekali dengan budget hanya 1 persen dari penghasilan. Ingat, masih banyak prioritas selain belanja mainan setiap kali ada model baru.
"Ini penting juga untuk melatih anak mengendalikan keinginannya. Kalau anak terbiasa mengendalikan keinginan, nanti setelah dewasa dia akan lebih bisa mengatur keuangan dan hidupnya," tandas Imelda.
[Gambas:Video CNN]