a. Daftarkan anak ke tunjangan kantor
Ada perusahaan yang memiliki tunjangan anak, tetapi ada juga yang tidak memiliki tunjangan istri dan anak. Jika perusahaan tempat Anda bekerja memberikan tunjangan ini, segera urus persyaratan yang dibutuhkan.
Biasanya pengurusan tunjangan anak perlu beberapa dokumen. Jika sudah mendaftarkan anak ke tunjangan kantor, Anda bisa mendapatkan bantuan perawatan kesehatan yang diberikan perusahaan bagi anak, seperti rawat inap dan tindakan operasi, pembelian obat-obatan, dan kebutuhan lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
b. Belikan anak asuransi kesehatan
Asuransi tidak hanya untuk Anda selaku orang tua. Bila perlu, tambahkan anak sebagai tertanggung dari asuransi kesehatan yang Anda dan pasangan miliki.
"Sekali lagi, anak masih sangat rentan, bisa mudah mengalami sakit. Untuk itu Anda perlu berjaga-jaga dengan membelikan anak asuransi kesehatan," tutur Dyah.
Lihat Juga : |
c. Biaya pendidikan
Biaya pendidikan semakin hari semakin mahal, tetapi Anda bisa membuatnya menjadi lebih mudah bila mulai mengelolanya lebih awal. Upayakan untuk mempersiapkan dana pendidikan anak sedini mungkin.
Perencana Keuangan OneShildt Consulting Imelda Tarigan menyampaikan pasangan muda jangan hanya terfokus dengan biaya kelahiran anak, tapi harus mempersiapkan biaya pendidikan dan asuransi.
"Orang tua sebaiknya lebih fokus dalam mempersiapkan biaya pendidikan ketimbang menghamburkan uang untuk hal-hal yang lucu. Idealnya sisihkan pendapatan setiap bulan sekitar 10 persen untuk biaya pendidikan dan asuransi sang ayah. Kalau ada apa-apa, biaya pendidikan anak tetap tersedia," jelas Imelda.
Lihat Juga : |
Imelda amat menekankan biaya pendidikan anak yang harus disiapkan pasangan muda sedari awal. Kendati, ia masih mentolerir jika pasangan muda harus mengeluarkan biaya-biaya lain untuk memenuhi kebutuhan ngidam sang ibu.
Menurutnya, percaya atau tidak, jika permintaan ngidam tidak dipenuhi maka si bayi akan ngences terus dan bisa menimbulkan luka akibat liur berlebih.
"Saya sih tidak pernah baca literatur scientific-nya, tapi di kehidupan sehari-hari sering terbukti. Kalau pun ngidam berikan secukupnya saja, supaya tidak ngences bayinya," sarannya.
Selain itu, Imelda menyarankan orang tua harus memiliki daftar prioritas kebutuhan. Misalnya, lebih baik menggunakan popok kain untuk bayi ketimbang pampers yang mahal dan kurang sehat. Pampers tidak baik untuk kulit bayi maupun lingkungan, terlebih pampers merupakan sampah yang tidak bisa didaur ulang.
Ia juga kurang sepakat dengan orang tua yang terlalu memanjakan anak dengan menumpuk mainan. Menurutnya, hal tersebut kadang membuat pasangan muda lupa berinvestasi untuk pendidikan dan asuransi anak.
Imelda menekankan boleh saja jika pasangan muda ingin membelikan mainan untuk anak, tetapi anggarannya harus disesuaikan. Misalnya, setiap dua bulan sekali dengan budget hanya 1 persen dari penghasilan. Ingat, masih banyak prioritas selain belanja mainan setiap kali ada model baru.
"Ini penting juga untuk melatih anak mengendalikan keinginannya. Kalau anak terbiasa mengendalikan keinginan, nanti setelah dewasa dia akan lebih bisa mengatur keuangan dan hidupnya," tandas Imelda.
(skt/pta)