Presiden Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkapkan bentrokan di PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) dipicu kemarahan pekerja karena sikap arogan pihak perusahaan saat berunding kenaikan upah, yang hanya Rp75 ribu.
Perundingan itu berujung bentrok di area smelter PT GNI di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, serta menyebabkan dua pekerja meninggal dunia.
Berdasarkan informasi yang ia terima, bentrokan itu terjadi setelah karyawan melakukan mogok kerja. Selain arogan, pihak perusahaan juga sempat mengancam melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Laporan yang kami terima dari pimpinan serikat buruh di sana, pada 14 Januari dengan arogannya. Pak Muklis sebagai perwakilan kantor pusat, arogan dalam perundingan itu, bahkan mengancam tim manajemen. Itu membuat makin marah buruh," kata Said dalam konferensi pers, Senin (16/1).
Menurutnya, bentrokan juga tak lepas dari rasa kekecewaan pekerja terkait sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT GNI yang buruk sehingga sempat menewaskan dua pekerja saat smelter meledak beberapa waktu lalu.
Pada 22 Desember 2022 lalu, terjadi ledakan di smelter GNI dan menewaskan dua orang karyawan. Salah satu korbannya bernama Nirwana Selle, yang dikenal sebagai seleb TikTok. Korban lainnya adalah teman kerja Nirwana, yang bernama I Made Defri Hari Jonathan.
"Ada latar belakang terjadinya (kerusuhan itu), seperti kecelakan kerja, K3 buruk, upah murah, dan kecongkakan head office yang mengancam akan PHK," tegas Said.
Ia juga mengecam Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Morowali Utara dan meminta agar Bupati Morowali Utara diperiksa. Dari laporan yang ia terima, pihak Disnaker dan Bupati Morowali Utara cenderung melindungi kepentingan pengusaha.
Said lalu mengimbau para buruh di wilayah tersebut untuk berdamai dan berhenti melakukan kekerasan agar kejadian serupa terulang kembali.
"Jangan terulang kembali, sebagai anak bangsa, suku apapun kamu yang bekerja di Morowali Utara maupun Morowali adalah Indonesia," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pimpinan Serikat Pekerja Morowali dan Morowali Utara Katsain mengatakan pihaknya mengecam Pemerintah Daerah Morowali Utara dan Disnaker setempat yang terkesan melindungi kepentingan pengusaha saja.
"Mengecam keras terkait hal-hal yg dilakukan oleh Disnaker dan pemerintah daerah, di mana mereka selalu melindungi pihak pengusaha, tapi kepentingan buruh tidak dipedulikan pemerintah setempat," katanya.
Katsain juga mengimbau para pekerja di Morowali Utara tidak terprovokasi dan kembali melakukan tindak kekerasan.
"Saya mengimbau saudara-saudara saya yang ada di Morowali, khususnya Morowali Utara agar tidak melakukan tindak kekerasan, anarkis, apalagi terhadap sesama yang ada di Kabupaten Morowali," tandasnya.
Bentrokan di PT GNI terjadi pada Sabtu (14/1) malam. bentrokan itu menyebabkan dua orang pekerja meninggal dunia.
Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Pol Didik Supranoto mengatakan korban adalah satu orang tenaga kerja Indonesia dan satu orang lainnya tenaga kerja asing (TKA). Namun ia mengklaim belum tahu asal negara TKA yang tewas usai bentrokan.
"Saya belum dapat identitasnya. Namun, korban hanya dua orang saja dari TKA dan pekerja lokal saja," jelasnya.
Berdasarkan keterangannya, bentrokan dipicu karena pihak keamanan perusahaan menahan sekitar 500 pekerja yang mencoba memasuki pos 4 pabrik smelter milik PT GNI untuk melakukan aksi mogok kerja usai tujuh dari delapan tuntutan mereka belum disetujui oleh pihak perusahaan.
Karena dihalangi masuk sehingga ratusan pekerja itu melempari dan merusak kantor security. Kemudian mereka menerobos masuk di pos 4 lalu menuju ke mess karyawan dan membakar sebuah mes karyawan hingga rata dengan tanah," ungkapnya.
(mrh/pta)