Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan terdapat dilema dalam kebijakan hilirisasi komoditas yang ditetapkan pemerintah. Hilirisasi disebut memerlukan smelter yang tentunya membutuhkan listrik yang besar.
Jahja pun mempertanyakan kesanggupan PT PLN (Persero) memenuhi kebutuhan listrik smelter demi menunjang proses hilirisasi.
"Smelter ini enggak akan jalan kalau enggak ada listriknya. Dari mana listriknya diambil? Apakah PLN sanggup memenuhi? Atau harus dibangun batu bara untuk itu? Ini suatu dilematis yang kita akan hadapi bersama ke depan," ujar Jahja dalam konferensi pers, Kamis (26/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, Jahja tak menampik bahwa proses hilirisasi menambah pendapatan negara, melalui penerimaan devisa yang meningkat. Ia pun mengaku hanya menyampaikan data dan tidak berpihak kemana pun dalam proses hilirisasi.
"Saya hanya melontarkan data fakta saja, tanpa berpihak pro dan cons," ujarnya.
Pemerintah tengah getol melakukan hilirisasi terhadap sejumlah komoditas, termasuk nikel dan bauksit. Presiden Jokowi menerbitkan larangan ekspor bijih nikel sejak 1 Januari 2020. Jokowi kemudian mengumumkan larangan ekspor bauksit mulai Juni 2023 mendatang.
Menurutnya, larangan ekspor nikel dan bauksit memberikan manfaat besar untuk ekonomi dalam negeri.
Namun, hilirisasi yang dicanangkan pemerintah menuai kritik, termasuk dari ekonom senior Faisal Basri. Menurutnya, apa yang dilakukan Jokowi ngawur dan hanya menguntungkan China.
Ia sepakat hilirisasi memang mendorong nilai tambah bagi Indonesia, tetapi hilirisasi yang dilakukan Jokowi malah mendukung industrialisasi di China.
"Petik-jual, tebang-jual, keruk-jual, nilai tambahnya kecil, tetapi solusinya hilirisasi yang ngawur itu. Hilirisasi mendukung industrialisasi di China, itu yang terjadi pada nikel," kata Faisal dalam Catatan Awal Ekonomi 2023 INDEF, Kamis (5/1).
Ke depan, Jokowi juga akan melakukan hilirisasi timah dan batu bara. Padahal, kata Faisal, Indonesia tidak mengekspor bijih timah melainkan ingot yang merupakan produk turunannya.
"Kemudian hilirisasi batu bara mau dijadikan DME (Dimethyl Ether). Jadi ngawur-ngawur, menciptakan rente itu," imbuhnya.