
Pengusaha Migas Kesulitan Konversi Kompor Minyak ke LPG di Papua

Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) menyebutkan paling sulit melakukan konversi kompor minyak tanah ke gas di wilayah Papua.
Ketua Umum DPP Hiswana Migas Rachmad Muhammadiyah mengatakan konversi minyak tanah ke LPG 3 kg sudah dilakukan sejak 2007 lalu. Tujuannya untuk mengurangi beban subsidi negara akibat mahalnya harga minyak tanah.
Pada saat konversi, pemerintah memberikan paket kompor listrik beserta LPG 3 kg nya sekitar 55 juta secara gratis kepada seluruh masyarakat di Indonesia dan sampai saat ini masih berlangsung karena ada wilayah yang belum dilakukan konversi.
"Tinggal Papua dan Irian Jaya yang belum konversi minyak tanah ke LPG 3 kg," ujarnya dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI, Rabu (1/2).
Menurutnya, ada beberapa hambatan yang ditemui dalam mengkonversi LPG 3 kg ke Papua atau penyaluran ke daerah terpencil lainnya. Pertama, belum baiknya infrastruktur jalan untuk mendukung sarana transportasi darat maupun sungai yang menghubungkan ke desa-desa terpencil.
"Ini lah yang salah satunya mengakibatkan terjadinya keterlambatan pendistribusian sehingga kadang mengganggu ketersediaan LPG PSO (3 kg) di masyarakat," jelasnya.
Kedua, belum ada ketentuan detail untuk kriteria yang berhak sebagai pengguna LPG 3 kg. Ini menjadi kendala tersendiri, karena siapa saja bisa membeli dan mendapatkan LPG 3 kg.
"Saat ini pengguna LPG PSO yang ditetapkan hanya rumah tangga, usaha mikro, nelayan dan petani sasaran," kata dia.
Oleh karenanya, memang perlu adanya sistem untuk bisa melakukan pendataan siapa saja yang berhak menerima LPG 3 kg subsidi. Ini lah upaya yang tengah dilakukan oleh PT Pertamina dan sangat didukung oleh Hiswana.
Sedangkan, untuk pola distribusi penyaluran gas LPG 3 kg dikatakan sama dengan pola minyak tanah sebelumnya, yakni agen, pangkalan, sampai ke warung atau pengecer, dan ke konsumen.
"Polanya penyaluran sama dengan yang sudah berjalan selama puluhan tahun," pungkasnya.