
CoHive Tutup, Pandemi Covid-19 Berkepanjangan Jadi Alasan Gulung Tikar

Startup CoHive alias PT Evi Asia Tenggara resmi tutup. Pihak perusahaan berdalih pandemi covid-19 yang berkepanjangan menjadi alasan.
Melalui situs resminya, CoHive menyampaikan salam perpisahan. Mereka mengumumkan sederet alasan di balik kebangkrutan perusahaan, termasuk pandemi covid-19.
"Pandemi berkepanjangan, ketersediaan kantor, dan tantangan pendanaan telah mempersingkat keberadaan kami. Meski telah bekerja keras mencari solusi, kami tidak bisa lagi bertahan," tulis CoHive dalam pesan perpisahannya, dikutip dari Deal Street Asia, Selasa (7/2).
CoHive menegaskan bisnis mereka sudah sepenuhnya tutup. Namun, CoHive 101 dan beberapa lokasi telah diambil alih oleh pihak lain. Dengan begitu, CoHive 101 masih beroperasi secara independen.
"Kami berterima kasih atas dukungan tim, investor kami, pemilik properti, dan orang-orang yang telah mendukung kami selama bagian tersulit dari perjalanan kami," lanjut perusahaan.
Sejatinya perusahaan penyedia ruang kerja berbagi alias co-working space itu sudah diputus pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada bulan lalu. Itu tercantum dalam Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Register No: 231/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Jkt.Pst (18/1).
CoHive berdiri pada 2015 sebagai EV Hive oleh firma modal ventura yang berfokus di Asia Tenggara, yakni East Ventures. Perusahaan kemudian diambil alih oleh tim manajemen baru yang dipimpin oleh Carlson Lau, Jason Lee, dan Ethan Choi pada 2017 dan berganti nama menjadi CoHive pada 2019.
Setelah beralih kepemilikan dan meraih pendanaan seri B, antara lain dari Insignia Ventures, CoHive berubah fokus dan berekspansi secara agresif di banyak lokasi dan kota. CoHive bahkan menguasai satu gedung di Mega Kuningan yang diberi nama CoHive 101.
Strategi CoHive adalah menawarkan sewa jangka pendek ke penggunanya atas ruang yang mereka sewa dalam jangka panjang. Perusahaan juga berekspansi ke sektor selain co-working, yaitu ritel, co-living, dan penyewaan ruang untuk event.
Pada akhir 2020, salah satu investor CoHive, Chris Angkasa kembali mengambil alih kendali sebagai CEO perusahaan. Namun, dalam laman Linkedin pribadinya Chris sudah tidak mencantumkan posisi sebagai CEO CoHive.