Twitter kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10 persen karyawannya atau sekitar 200 orang.
PHK yang terjadi pada Sabtu (25/2) itu berdampak pada manajer produk, ilmuwan data, dan insinyur yang mengerjakan pembelajaran mesin serta keandalan situs yang membantu menjaga berbagai fitur Twitter tetap online.
Mengutip Reuters, ini bukan kali pertama Twitter melakukan PHK sejak dipimpin Elon Musk. Pada awal November 2022 lalu, Twitter memberhentikan sekitar 3.700 karyawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Saat itu, Elon Musk mengatakan bahwa layanan tersebut mengalami "penurunan pendapatan yang sangat besar" karena pengiklan menarik pengeluaran di tengah kekhawatiran tentang moderasi konten.
Pada Desember 2022, PHK juga terjadi pada karyawan Twitter. Salah seorang korban PHK dari tim kebijakan publik Twitter mengatakan timnya kembali dipangkas sekitar setengahnya menjadi 15 karyawan.
Eks karyawan Twitter tersebut mengatakan tim kebijakan publik memiliki lebih dari 60 karyawan sebelum Musk resmi mengakuisisi platform media sosial tersebut.
Terlepas dari PHK lanjutan, sekitar 100 eks karyawan Twitter mengajukan tuntutan ke pengadilan arbitrase lantaran merasa proses pemecatan mereka tidak adil.
Para karyawan tersebut menilai proses pemecatan tidak adil karena lebih banyak memecat wanita daripada pria. Twitter juga memecat karyawan yang sedang cuti melahirkan atau sakit serta tidak mematuhi janji menyediakan uang pensiun yang layak.
Sementara itu, Musk diklaim sedang mempertimbangkan mencari orang lain untuk memimpin Twitter. Pasalnya, para pengguna media sosial ini meminta Bos Tesla itu mengundurkan diri sebagai CEO Twitter.