Runtuhnya Silicon Valley Bank sebagian disebabkan oleh kenaikan suku bunga Federal Reserve yang terbilang agresif selama setahun terakhir.
Ketika suku bunga mendekati nol, bank-bank memborong obligasi bertenor panjang yang tampaknya berisiko rendah. Namun, ketika The Fed menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi, nilai aset-aset tersebut jatuh, membuat bank-bank menanggung kerugian yang belum direalisasi.
Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo pada hari Jumat berusaha untuk meyakinkan publik tentang kesehatan sistem perbankan setelah runtuhnya SVB secara tiba-tiba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Regulator federal memperhatikan lembaga keuangan khusus ini dan ketika kami berpikir tentang sistem keuangan yang lebih luas, kami sangat yakin dengan kemampuan dan ketahanan sistem," kata Adeyemo kepada CNN.
Lihat Juga : |
Kegagalan SVB adalah yang terbesar usai Washington Mutual bangkrut pada 2008. Saat itu peristiwa kebangkrutan ini memicu krisis keuangan yang melumpuhkan perekonomian selama bertahun-tahun.
Sejak saat itu regulator di AS memberlakukan syarat modal lebih ketat buat bank-bank untuk memastikan keruntuhan bank tidak akan merugikan sistem keuangan dan perekonomian lebih luas.
SVB adalah bank yang berspesialisasi dalam pembiayaan startup. SVB telah menjadi bank AS terbesar ke-16 berdasarkan aset. Pada akhir 2022, SVB punya aset US$209 miliar setara Rp3.232 triliun dan deposito sekitar US$175,4 miliar setara Rp2.712 triliun.
(can/bac)