Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan inklusi keuangan Indonesia telah mencapai 85,1 persen pada 2022 lalu.
Hal itu ia sampaikan dalam rangkaian acara ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors (AFMGM) di Nusa Dua Bali, Selasa (28/3).
Mahendra mengatakan capaian itu meningkat dari inklusi keuangan RI pada 2019 lalu yang hanya 76,19 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang pasti saya menempatkan Indonesia di jalur yang benar untuk mencapai tingkat inklusi keuangan 90 persen pada 2024," katanya.
Sementara, tingkat literasi keuangan RI pada 2022 mencapai 49,68 persen. Angka ini naik dari 2019 yang hanya 38,03 persen.
Dengan kata lain, pada 2022 gap antara inklusi keuangan dan literasi keuangan mencapai 35,42 persen. Artinya, lebih banyak orang yang gunakan produk keuangan daripada memahaminya.
Literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, keyakinan yang mempengaruhi sikap, dan perilaku keuangan seseorang untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan.
Sementara, inklusi keuangan adalah ketersediaan akses bagi masyarakat untuk memanfaatkan produk dan/atau layanan jasa keuangan di lembaga keuangan formal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
Berdasarkan data OJK, secara wilayah tingkat literasi keuangan 2022 di perkotaan mencapai 50,52 persen. Sementara, di pedesaan mencapai 48,43 persen.
Untuk indeks inklusi keuangan, 89,73 persen berada di perkotaan. Sementara, di pedesaan mencapai 82,69 persen.
Berdasarkan gender, indeks literasi keuangan pada laki-laki mencapai 49,05 persen. Sedangkan, pada perempuan mencapai 50,33 persen.
Lebih lanjut, indeks inklusi keuangan pada laki-laki mencapai 86,28 persen. Sementara, pada perempuan mencapai 83,88 persen.