Laporan industri tahunan ThredUp dan GlobalData mengungkap Madewell, Zara, Urban Outfitters, Free People, Anthropologie, Abercrombie & Fitch, dan Levi's menjadi merek paling dicari di pasar pakaian bekas. Bahkan, nilai jual kembali atau bekas mereka menjadi yang terbaik dibanding merek lain.
Harga jual kembali atau bekas merek-merek itu juga bisa lebih mahal dibanding Louis Vuitton, Chanel, dan Gucci bekas.
Laporan itu menyebut pakaian bekas adalah pasar yang berkembang pesat dan diproyeksi mencapai penjualan US$70 miliar atau setara Rp1.043 triliun (asumsi kurs Rp14.911 per dolar AS) pada 2027, meningkat dari US$44 miliar atau setara Rp656 triliun pada 2023.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 75 persen responden mengaku telah berbelanja pakaian bekas. Pasar pakaian bekas juga naik daun selama pandemi.
Dari total jumlah responden, mayoritas terbesar yang gemar berbelanja pakaian bekas adalah Generasi Z, yakni 83 persen.
CEO ThredUp James Reinhart mengatakan faktor ekonomi makro yang sulit, termasuk inflasi barang konsumen yang melambung, telah mendorong popularitas pasar pakaian bekas.
Pada saat yang sama, kata dia, inflasi juga mendorong kenaikan harga barang-barang bekas sekalipun.
"Harga naik secara luas sama seperti di tempat lain di ritel," katanya seperti dikutip dari CNN Business, Rabu (12/4).
Reinhart menyebut rata-rata pembeli pakaian bekas berfokus pada nilai dan brand kelas menengah tadi.
Di antara merek tersebut, laporan itu menunjukkan 30 persen dari 20 merek teratas menawarkan program penjualan kembali mereka sendiri.
Direktur Pelaksana GlobalData Neil Saunders mengatakan peritel tradisional juga menyediakan segmen penjualan kembali dan benar-benar mendorong pasar pasar pakaian bekas.
"Kami mengharapkan peningkatan adopsi di ritel karena barang bekas menjadi lebih dari gaya hidup konsumen," katanya.
Laporan tersebut mengatakan sebanyak 88 merek meluncurkan program penjualan kembali khusus mereka sendiri pada 2022, meningkat 244 persen dari tahun 2021.
Poshmark mengatakan merek kelas menengah seperti Nike, Free People, Zara, dan J.Crew adalah beberapa label yang paling dicari di bursa pakaian bekas.
"Di lingkungan yang sering kali dipenuhi kemewahan, dulu ada semacam stigma seputar mengenakan merek kelas menengah, tetapi sekarang lebih fleksibel untuk mengatakan bahwa celana kargo Anda berasal dari J.Crew daripada mengatakan Anda memakai tas Prada," kata Pakar Merchandising dan Kurasi di Poshmark Chloe Baffert.
Ia mengatakan merek yang terjangkau sedang mengubah gaya masyarakat dan secara efektif memanfaatkan media sosial untuk menunjukkan bagaimana mereka tetap selaras dengan tren terkini.
"Merupakan hal yang membanggakan (bagi konsumen) untuk mengatakan bahwa Anda sedang tren dan sesuai anggaran," katanya.
(mrh/agt)