China di Ambang Deflasi, Inflasi Maret Cuma 0,7 Persen

CNN Indonesia
Selasa, 25 Apr 2023 14:41 WIB
Tingkat inflasi tahunan China kembali melandai jadi 0,7 persen pada Maret 2023.
Tingkat inflasi tahunan China kembali melandai jadi 0,7 persen pada Maret 2023. Ilustrasi. (AP/Mark Schiefelbein).
Jakarta, CNN Indonesia --

Tingkat inflasi tahunan China kembali melandai jadi 0,7 persen pada Maret 2023. Lebih loyo dibandingkan dengan Februari 2023, 1 persen.

Dengan realisasi ini, inflasi Maret 2023 China terendah sejak September 2021 yang juga saat itu tercatat 0,7 persen.

Inflasi makanan pada Maret 2023 turun ke level terendah dalam 10 bulan menjadi 2,4 persen karena penurunan harga sayuran segar yang lebih tajam, meskipun harga daging babi naik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, harga non-makanan terus menurun jadi 0,3 persen dan biaya transportasi bahkan kontraksi 1,9 persen serta perumahan minus 0,3 persen.

Berdasarkan CNN, Selasa (25/4), inflasi yang landai ini disebabkan oleh penurunan harga di China akibat pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh People's Bank of China (PBOC) untuk menarik investasi dari dalam negeri dan meningkatkan perekonomiannya.

China berharap dengan penurunan harga dan suku bunga ini makin banyak masyarakat yang berbelanja sehingga menjadi sinyal bagus bagi perekonomian setelah setahun tertekan oleh kebijakan zero covid-19.

Selama masa pandemi, masyarakat lebih memilih untuk menyimpan atau menabung uangnya daripada dibelanjakan. Pengusaha pun begitu berhati-hati dalam berinvestasi.

Namun, ekonom menilai kebijakan ini justru bakal membuat ekonomi China tertekan. Inflasi landai juga menandakan bahwa aktivitas ekonomi tidak berjalan.

"Pandangan inti kami adalah bahwa ekonomi China mengalami deflasi," tulis Kepala Ekonom ANZ Research untuk China Raya Raymond Yeung.

Pertumbuhan ekonomi China memang melesat jadi 4,5 persen pada kuartal I-2023. Ini jauh di atas kuartal IV-2022 yang tercatat 2,9 persen.

Namun, perekonomian yang melesat ini dinilai sebagian besar mencerminkan dampak dari permintaan yang terpendam di kalangan pembeli setelah tiga tahun pembatasan pandemi, bukan karena daya beli masyarakat yang meningkat.

"Tanpa itu, pertumbuhan PDB hanya akan menjadi 2,6 persen," pungkas Yeung.

[Gambas:Video CNN]

(ldy/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER