Ahli yang terlibat dalam proses analisis Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) merekomendasikan pembangunan megaproyek Kereta Api China-Pakistan yang bakal menelan biaya 400 miliar yuan alias Rp850 triliun (asumsi kurs Rp2.125 per yuan).
Mengutip South China Morning Post (SCMP), pemerintah China memang meminta para ilmuwan dari China Railway First Survey and Design Institute Group Co Ltd menganalisis proyek tersebut. Hasilnya, para ahli yang dipimpin Zhang Ling mendukung proyek itu meski bakal menelan biaya jumbo.
"Pemerintah dan lembaga keuangan (di China) harus memberikan dukungan yang kuat, meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antar departemen dalam negeri terkait, mengusahakan suntikan dana dukungan, dan memberikan dukungan kebijakan yang kuat serta jaminan untuk pembangunan proyek ini," kata pernyataan para ahli tersebut, dikutip Kamis (27/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika jadi dibangun, rel kereta ini akan menghubungkan Pelabuhan Gwadar Pakistan dengan Kashgar yang merupakan wilayah otonomi Uighur di Xinjiang China. Jalur KA sepanjang 3.000 km akan menghubungkan wilayah barat China ke Laut Arab dengan melewati Selat Malaka.
Selain itu, bakal ada koneksi dengan jaringan transportasi lain, termasuk di Iran dan Turki, yang disebut siap menyediakan rute langsung ke Eropa untuk barang-barang dari China. Di lain sisi, Pakistan diklaim bakal mendapat keuntungan berupa peningkatan infrastruktur dan perdagangan yang lebih mudah dengan China.
Namun, China harus rela merogoh kocek lebih banyak jika ingin merealisasikan megaproyek ini. Terlebih, produk domestik bruto (PDB) Pakistan yang sedang tidak baik-baik saja.
"Karena kekurangan energi, lingkungan investasi yang buruk dan defisit fiskal, tingkat pertumbuhan ekonomi Pakistan berada di bawah tekanan. Dalam hal investasi dan konstruksi perkeretaapian, Pakistan tidak dapat memberikan dukungan finansial dan material yang memadai, terutama bergantung pada perusahaan China untuk investasi dan konstruksi," jelas tim tersebut.
Tim tersebut juga mencatat bahwa Pakistan punya tantangan keamanan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di wilayah baratnya yang akan dilalui jalur kereta api. Misalnya, Provinsi Balochistan yang berhadapan dengan kekerasan separatis selama beberapa dekade.
Obrolan soal megaproyek ini memang cukup alot. Kedua negara melalui Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) sudah berunding sejak 2015 soal megaproyek yang belum kunjung terealisasi ini.