Lantas, bagaimana mengelola makanan untuk ribuan pekerja?
Yuli bersyukur lama bekerja di bidang perhotelan. Pengalamannya itu ia terapkan untuk menyiapkan makanan dalam kuantitas besar di industri pertambangan.
Saat ini, ia mendapat amanah untuk mengelola makanan harian secara langsung untuk sekitar 2.000 karyawan di salah satu unit bisnis TBP. Artinya, dalam sebulan ia harus menyiapkan 170 ribu kali makan dengan menu bervariasi yang terdiri dari nasi, sayur, dan dua lauk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam satu shift, mereka (pekerja) dua kali makan. Shift pagi, makan pagi dan siang. Shift malam, makan sore dan makan tengah malam," ujarnya.
Selain itu, ia juga berkoordinasi untuk menyediakan makanan bagi puluhan ribu pekerja unit bisnis lainnya.
Tak jarang, ia turun langsung ke dapur apabila ada tamu perusahaan. Tangan lihainya memasak makanan hotel bintang lima di pulau terpencil itu.
Lokasi pulau yang jauh dari kota membuatnya harus pintar-pintar mengelola bahan makanan yang tersedia. Sebagian besar bahan makanan dipasok oleh warga sekitar Halmahera Selatan, terutama hasil laut. Selain itu, ia juga membutuhkan daging sapi dan ayam.
"Untuk daging sapi, kami membutuhkan 500 kg untuk sekali penyajian," terangnya.
Bagi Chef Yuli, menyediakan makanan bagi pekerja tambang bukanlah sesuatu yang bisa dipandang sebelah mata. Apabila salah makan, operasional tambang bisa berhenti dan merugikan perusahaan.
"Karyawan kan aset perusahaan. Dua ribu karyawan, kalau setengahnya diare, pabrik tutup," katanya.
Sebagai pekerja yang jauh dari keluarga, rasa kangen kerap mendera. Kendati demikian, ia merasa bersyukur lantaran ia lebih memiliki banyak waktu dengan keluarga setiap kali ia pulang ke Jakarta.
Namun, ia harus membayarnya dengan jauh dari keluarga. Maklum, istri dan anak-anaknya saat ini masih tinggal di Bekasi, Jawa Barat.
"Saya masuk dua bulan, liburnya dua minggu, bisa tiga minggu. Saat cuti saya bisa mengantar anak-anak sekolah yang sekarang sudah besar-besar," pungkasnya.
(sfr/pta)