Harga minyak dunia tergelincir 4 persen pada Rabu (4/5), waktu Amerika Serikat (AS). Penurunan terjadi usai bank sentral AS The Federal Reserves (The Fed) menaikkan suku bunga yang menambah kekhawatiran investor terhadap laju ekonomi.
Dilansir Reuters, harga Brent berjangka merosot US$2,99 atau 4 persen menjadi US$72,33 per barel. Harga itu merupakan yang terendah terendah sejak Desember 2021. Selama sesi berlangsung, Brent sempat tertekan hingga US$71,70 per barel, terendah sejak 20 Maret.
Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS sebesar US$3,06 atau 4,3 persen menjadi US$68,60 per barel, setelah sempat menyentuh US$67,95 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Sehari sebelumnya, kedua harga acuan anjlok 5 persen, persentase penurunan harian terbesar sejak awal Januari.
Pada Rabu sore, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi ke kisaran 5 persen-5,25 persen. Hal itu meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap perlambatan ekonomi yang bisa menekan permintaan energi.
Kendati demikian, The Fed mengisyaratkan akan menghentikan kenaikan lebih lanjut dan memberikan waktu kepada pejabat untuk menilai dampak dari kegagalan bank baru-baru ini. Bank sentral juga memantau penyelesaian kebuntuan politik atas plafon utang AS dan memantau inflasi.
Awal pekan ini, kekhawatiran terhadap sektor perbankan kembali menjadi sorotan setelah regulator AS menyita asetFirst Republic Bank, bank ketiga yang gagal dalam dua bulan terakhir, dengan JPMorgan Chase & Co (JPM.N) setuju untuk mengambil US$173 miliar dari pinjaman bank, US$30 miliar dari sekuritas dan US$92 miliar deposito.
"The Fed memasuki mode jeda seharusnya sangat mendukung harga minyak," ujar analis Price Futures Group Phil Flynn.
"Pertanyaan besarnya adalah apakah kita akan mengalami lebih banyak kegagalan di sektor perbankan," sambungnya.
Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakannya Kamis ini.
Harga minyak juga tertekan lantaran data pemerintah menunjukkan persediaan bensin AS secara tak terduga naik 1,7 juta barel pekan lalu. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan 1,2 juta barel. Persediaan minyak mentah AS turun 1,3 juta barel dalam sepekan, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 1,1 juta barel.
Di China, data akhir pekan menunjukkan aktivitas manufaktur April turun secara tak terduga.
Sementara itu, Morgan Stanley menurunkan proyeksi harga Brent menjadi US$75 per barel pada akhir tahun. Pasalnya, ekspor minyak Rusia masih kuat meski ada sanksi barat.