Harga Minyak Terperosok di Tengah Kekhawatiran Resesi AS

CNN Indonesia
Kamis, 27 Apr 2023 07:53 WIB
Harga minyak mentah berjangka anjlok hampir empat persen pada akhir perdagangan Rabu (26/4), waktu Amerika Serikat (AS).
Harga minyak mentah berjangka anjlok hampir empat persen pada akhir perdagangan Rabu (26/4), waktu Amerika Serikat (AS). Ilustrasi. (iStock/ozgurdonmaz).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak mentah berjangka anjlok hampir empat persen pada akhir perdagangan Rabu (26/4), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi pada Negeri Paman Sam.

Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni merosot US$2,77 atau 3,59 persen menjadi US$74,30 per barel.

Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni merosot US$3,08 atau 3,81 persen, menjadi ditutup di US$77,69 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga minyak kembali ke level sebelum pemangkasan produksi sukarela oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya pada awal April lalu.

"Pedagang fokus pada risiko resesi karena laporan terbaru dari First Republic Bank menunjukkan bahwa krisis perbankan di AS belum berakhir," ujar Analis Pemasok Informasi FX Empire Vladimir Zernov.

Badan Informasi Energi AS (EIA) persediaan minyak mentah komersial AS turun 5,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 21 April. Hal itu berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar yakni. penurunan sekitar 1,5 juta barel.

Tak hanya minyak mentah, stok bensin dan sulingan juga masing-masing turun 2,4 juta barel menjadi 221,1 juta barel dan jatuh hampir 600 ribu barel menjadi 111,5 juta barel.

"Pasar tampaknya lebih fokus pada resesi yang mungkin sedang berlangsung daripada beberapa statistik EIA saat ini yang umumnya cenderung bullish," terang Pimpinan Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch.

Selain itu, investor juga khawatir atas potensi kenaikan suku bunga oleh bank sentral untuk memerangi inflasi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan energi di Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa.

[Gambas:Video CNN]



(sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER