Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir kuartal I 2023 mencapai US$402,8 miliar atau sekitar Rp5.961,4 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS). ULN Indonesia terkontraksi 1,9 persen (yoy) melanjutkan tren kontraksi pada kuartal sebelumnya yang mencapai 4,1 persen (yoy).
Pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah, menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan posisi ULN pada kuartal I 2023.
Kontraksi ini terjadi pada sektor publik (pemerintah dan bank sentral) maupun sektor swasta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Posisi ULN pemerintah pada kuartal I 2023 tercatat sebesar US$194,0 miliar, dengan kontraksi sebesar 1,1 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya yang mencapai 6,8 persen (yoy).
Penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penarikan neto pinjaman luar negeri multilateral menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi ULN pemerintah pada periode tersebut.
Penarikan ULN pemerintah pada kuartal I 2023 masih diutamakan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dan belanja prioritas, khususnya untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian global.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah mencakup antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (24,1 persen dari total ULN pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,9 persen), jasa pendidikan (16,8 persen), konstruksi (14,2 persen), serta jasa keuangan dan asuransi (10,2 persen).
Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah.
Sementara itu, ULN swasta juga mengalami kontraksi yang lebih dalam. Posisi ULN swasta pada kuartal I 2023 mencapai US$199,4 miliar, dengan kontraksi sebesar 3 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 1,7 persen (yoy).
Pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan dan lembaga keuangan masing-masing mengalami kontraksi 2,9 persen (yoy) dan 3,5 persen (yoy), yang lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya.
ULN swasta terutama bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, serta pertambangan dan penggalian.
Meskipun terjadi kontraksi dalam pertumbuhan ULN, struktur ULN Indonesia tetap terkendali dan sehat, dengan pangsa mencapai 77,9 persen dari total ULN swasta. ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,4 persen terhadap total ULN swasta.
Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tetap stabil di kisaran 30,1 persen. Utang Indonesia masih didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa mencapai 87,6 persen dari total ULN.