Anak Buah Luhut Sanggah Anies, Beber Alasan Beri Subsidi Mobil Listrik

CNN Indonesia
Rabu, 17 Mei 2023 10:21 WIB
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin menjawab kritikan soal pemberian subsidi mobil listrik tidak tepat.
Ilustrasi. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin menjawab kritikan soal pemberian subsidi mobil listrik tidak tepat. (CNN Indonesia/Rayhand Purnama Karim JP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin menjawab kritikan mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menilai pemberian subsidi mobil listrik tidak tepat.

Rachmat mengatakan pemberian subsidi kendaraan listrik adalah bagian dari upaya menekan emisi karbon.

Menurutnya, ada dua langkah yang bisa ditempuh untuk mengurangi emisi karbon, yakni elektrifikasi transportasi dan dekarbonisasi listrik, sehingga insentif pada kendaraan listrik menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk mencapai target komitmen net zero emission pada 2060 mendatang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kita berbicara tentang pengurangan emisi karbon, maka ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama mendorong kehadiran kendaraan listrik dan yang kedua adalah melakukan dekarbonisasi listrik. Ini dua hal yang saling berkaitan," ucap Rachmat dalam Energy Corner Squawk Box yang digelar CNBC Indonesia melalui keterangan resmi, Rabu (17/5).

Ia menjelaskan untuk mendorong dekarbonisasi listrik pemerintah sudah memiliki komitmen dalam mengurangi energi yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Sebelum 2030, pemerintah berencana mempensiunkan dini PLTU dengan total kapasitas sebesar 9,2 Gigawatt (GW) dan menggantinya dengan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Menurut Rahmat, pemberian insentif pajak yang lebih kecil ini diharapkan bisa mendorong jumlah konsumsi kendaraan listrik di Indonesia. Terlebih, harga mobil listrik saat ini masih lebih mahal dibanding mobil konvensional.

Tak hanya itu, pengenaan pajak yang lebih kecil juga dilakukan dalam rangka mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari kendaraan konvensional.

"Pemerintah tidak memberikan subsidi untuk mobil listrik, tapi memberikan pajak yang lebih rendah dibanding mobil konvensional. Tarif pajak yang diberikan lebih kecil agar masyarakat masih punya pilihan di saat membeli kendaraan," ungkapnya.

Anggota Dewan Energi Nasional Satya Widya Yudha menilai pemerintah memang harus bergerak untuk mendorong pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air.

"Saya sepakat, jangan jadikan Indonesia extended market dari luar. Tapi kita harus menjadi pemain di industri ini dan menjadikan negara lain sebagai pasar potensial bagi produk otomotif dalam negeri," cetusnya.

Sejalan, Direktur Eksekutif ReforMiner Institut Komaidi Notonegoro mengatakan dalam pengembangan mobil listrik setiap orang harus melihat dari berbagai aspek, seperti multiplier effect yang diciptakan dan tidak hanya melihat faktor lingkungan semata.

"Indonesia punya nikel dan sumber daya alam lainnya, saya setuju jika kita terlibat dalam pengembangan kendaraan listrik akan memunculkan nilai tambah ekonomi bagi negara ini. Hanya saja, saran saya dibutuhkan kebijakan, perencanaan secara menyeluruh mulai dari lingkungan, pekerja dan aspek ekonomi," pungkasnya.

Sebelumnya, kritikan terkait subsidi maupun insentif yang diberikan untuk kendaraan listrik menuai kritik dari banyak pihak. Salah satunya, Mantan Gubernur DKI Jakarta sekaligus Cawapres 2024 Anies Baswedan yang menyebut kebijakan itu bukan solusi untuk mengatasi masalah lingkungan.

"Kalau kami hitung apalagi ini, contoh ketika sampai pada mobil listrik, emisi karbon mobil listrik per kapita per kilometer sesungguhnya lebih tinggi daripada emisi karbon bus berbahan bakar minyak," kata Anies.

Selain dari Anies, kritik juga datang dari Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel. Menurutnya, pemerintah seharusnya fokus membangun pemerataan ekonomi, menanggulangi kemiskinan, serta memperkuat sektor pertanian, perikanan, dan pangan pada umumnya dibanding menggelontorkan subsidi untuk kendaraan listrik.

Ia mengatakan sektor-sektor tersebut seharusnya mendapat gelontoran subsidi lebih dari pemerintah karena mereka lah yang sebenarnya paling berhak dibantu.

"Subsidi untuk yang papa, bukan untuk yang berdaya. Mari kita gunakan akal sehat dan nurani kita dalam bernegara. Mana yang lebih prioritas dan urgent, membangun pertanian dengan mensubsidi petani dan pertanian atau mensubsidi mobil listrik dan pengusaha kaya?" katanya dalam keterangan resmi, Senin (15/5).

[Gambas:Video CNN]



(ldy/dzu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER