Rupiah Lesu ke Rp14.954 usai Surplus Neraca Dagang Menciut
Nilai tukar rupiah bertengger di Rp14.954 per dolar AS pada Kamis (15/6) sore. Mata uang Garuda melemah 47 poin atau 0,32 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.943 per dolar AS.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia bergerak di zona merah. Yen Jepang melemah 0,84 persen, baht Thailand melemah 0,33 persen, peso Filipina melemah 0,02 persen, dan won Korea Selatan melemah 0,17 persen.
Dolar Singapura melemah 0,08 persen dan dolar Hong Kong menguat 0,05 persen pada penutupan perdagangan sore ini.
Sedangkan, mata uang utama negara maju bergerak bervariasi. Tercatat euro Eropa menguat 0,01 persen, poundsterling Inggris menguat 0,05 persen, dan franc Swiss melemah 0,32 persen.
Dolar Australia menguat 0,32 persen, dan dolar Kanada juga menguat 0,02 persen.
Analis Pasar Lukman Leong mengatakan rupiah loyo sore ini akibat tertekan data neraca dagang yang surplusnya mengecil.
"Ekspor dan impor naik jauh lebih tinggi dari perkiraan, mencerminkan permintaan yang membaik. Namun surplus perdagangan hanya US$0,44 miliar, jauh di bawah perkiraan sebesar US$3 miliar, ini adalah surplus terkecil dalam lebih dari tiga tahun ini," ujar Lukman kepada CNNIndonesia.com.
Selain itu, pelemahan juga dipicu pernyataan hawkish Ketua The Fed Jerome Powell yang mengindikasikan akan ada kenaikan suku bunga dua kali lagi sampai akhir tahun.