Jatuh Bangun Pedagang Lawan Senja Kala Mal di Blok M

Tak hanya Lela, pedagang pakaian di lantai 2 Blok M Square menelurkan curhatan serupa. Farhan, selaku penjaja pakaian muslim, mengaku saat-saat ini adalah momen terberat dalam 7 tahun perjalanan bisnisnya di Blok M Square.

"Dulu orang tua yang pegang, sekarang saya. Saya sekarang generasi kedua hitungannya. Sepi banget sekarang, beda sama dulu. Ini gara-gara covid-19, banyak toko yang tutup juga," tutur Farhan.

Ia menegaskan atmosfer Blok M Square kini amat berbeda. Banyak rekan sejawatnya yang tumbang, baik sebelum hingga saat terjadinya covid-19.

Farhan menilai penjualan tokonya tergerus kehadiran online shop. Menurutnya, pembeli menjadi malas datang langsung ke toko karena cukup 'bermain jari' ketika ingin berbelanja.

"Padahal, toko online tuh cuma jeprat-jepret saja. Mereka kasih foto nih satu yang paling bagus, tapi pas barang sampai, belum tentu sesuai di foto. Istilahnya tipuan kamera gitu," keluhnya.

Bahkan, secara spesifik Farhan menyebut keberadaan penjual di TikTok Shop dengan kata-kata andalan 'keranjang kuning' punya andil besar terhadap penurunan laba tokonya.

Ia berharap pemerintah bisa mengatur soal penjualan online. Farhan berandai-andai ada imbauan khusus dari pemangku kekuasaan kepada rakyat Indonesia agar tetap berbelanja di pasar tradisional dan pusat perbelanjaan fisik.

Keluhan Lela dan Farhan memang benar adanya. Sepanjang mata memandang, pasti ada toko yang tutup di setiap lantai. Bahkan, jumlahnya tak lagi terhitung jari tangan.

Pada rolling door toko-toko yang gulung tikar tersebut ditempel secarik kertas bertuliskan 'Dijual' atau 'Disewakan', lengkap dengan nomor narahubungnya, mencari 'tuan' baru.