Harga minyak turun karena data industri menunjukkan perkiraan kenaikan stok minyak mentah AS dan harapan akan stimulus ekonomi China.
Mengutip Reuters, Rabu (26/7), kontrak berjangka minyak Brent turun 32 sen atau 0,4 persen menjadi US$83,32 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di US$79,35 per barel, turun 28 sen atau 0,4 persen.
"Penurunan persediaan minyak mentah AS pekan lalu mendorong sebagian investor untuk melakukan penjualan," ujar Hiroyuki Kikukawa selaku Presiden NS Trading, sebuah unit dari Nissan Securities.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Menurut sumber-sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute pada Selasa, stok minyak mentah AS naik sekitar 1,32 juta barel pada pekan yang berakhir pada 21 Juli. Para analis yang disurvei oleh Reuters sebelumnya memperkirakan penurunan sebesar 2,3 juta barel.
Stok bensin mengalami penurunan sekitar 1,04 juta barel, sementara stok distilat naik sekitar 1,61 juta barel.
Data pemerintah AS tentang persediaan dijadwalkan akan dirilis pada Rabu.
Harga minyak mengalami penurunan setelah harga minyak Brent dan WTI mencapai level tertinggi sejak 19 April pada Selasa, akibat kekhawatiran tentang pasokan yang lebih ketat dan komitmen otoritas China untuk mendukung perekonomian terbesar kedua di dunia.
"Pasar akan terus berada dalam perang tarik antara pasokan global yang lebih ketat dan kekhawatiran tentang perlambatan permintaan akibat perlambatan ekonomi global, meskipun kami mengharapkan harga minyak akan mengalami kenaikan selama musim liburan musim panas ketika permintaan lebih tinggi," ujar Hiroyuki Kikukawa, dengan memprediksi harga minyak WTI akan mencapai level pertengahan US$80-an dalam periode Juli-Agustus.
Pertemuan kebijakan Bank Sentral AS dimulai pada Selasa, dengan sebagian besar peserta pasar mengharapkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin ketika pertemuan berakhir pada hari Rabu.
Dengan perkiraan persediaan minyak yang akan menyusut akibat pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara sekutunya, harga minyak telah mencatatkan empat kenaikan mingguan berturut-turut.
Data pemerintah Saudi menunjukkan bahwa ekspor minyak Saudi menurun hampir 40 persen pada Mei dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, para pemimpin di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, berjanji untuk meningkatkan dukungan kebijakan ekonomi.
Pada Selasa, Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan sedikit perkiraan pertumbuhan global 2023 berdasarkan aktivitas ekonomi yang tangguh pada kuartal pertama, namun memperingatkan bahwa tantangan-tantangan yang berkelanjutan masih meredam prospek jangka menengah.