Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kondisi keuangan PT Waskita Karya (Persero) Tbk saat ini berat.
Maka dari itu, pihaknya sedang melakukan negosiasi dengan pihak bank dan pemegang obligasi.
Tiko, sapaan akrabnya, mengatakan Waksita juga akan dijadikan sebagai anak usaha PT Hutama Karya (Persero).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waskita setelah kajian memang kondisi likuiditasnya berat, kita sedang negosiasi dengan bank dan pemegang obligasi," kata Tiko di di Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta Selatan, Senin (14/8).
"Kita ingin para pemegang obligasi dan vendor mencari solusi terbaik sehingga Waskita bisa joint venture. Kemudian akan dijadikan anak usaha HK, saham milik pemerintah akan diinbrengkan ke sana," lanjutnya.
Tiko menargetkan restrukturisasi Waskita selesai awal tahun depan. Setelah itu, inbreng saham Waskita milik pemerintah ke Hutama Karya akan dilakukan.
"Ya kita tadi tergantung proses restrukturisasi kalau sudah selesai baru inbreng ke sana. Awal tahun depan lah (selesai prosesnya)," kata Tiko.
PT Waskita Karya Tbk tidak dapat membayar bunga utang ke-12 dan pelunasan pokok atas obligasi berkelanjutan IV Tahap I Tahun 2022, yang jatuh tempo pada 6 Agustus 2023.
Jumlah pokok utang Seri B yang seharusnya dibayarkan mencapai Rp 135,5 miliar, dengan bunga tetap 10,75 persen per tahun.
Sebelumnya, pada 5 Mei 2023, perseroan juga mengumumkan tidak membayar bunga ke-11 (sebelas) PUB IV tahap I Tahun 2020 dan telah dinyatakan lalai oleh Wali Amanat pada 30 Mei 2023.
Pada semester I 2023, WSKT memiliki total utang sebesar Rp 84,31 triliun, atau naik tipis 0,31 persen dibandingkan semester I-2022 senilai Rp 83,98 triliun. Jumlah liabilitas terdiri dari liabilitas jangka pendek senilai Rp22,79 triliun dan liabilitas jangka panjang senilai Rp61,5 triliun.