Mendag AS-China Akan Bertemu Jajaki Upaya 'Rujuk'

CNN Indonesia
Jumat, 25 Agu 2023 21:56 WIB
Amerika Serikat (AS) dan China berencana kembali 'rujuk' dengan memperkuat hubungan dagang setelah sempat tegang.
Kala Joe Biden bertemu dan berjabat tangan dengan Xi Jinping di sela-sela KTT G20 Bali. (AP/Alex Brandon)
Jakarta, CNN Indonesia --

Amerika Serikat (AS) dan China akan kembali 'rujuk' dengan memperkuat hubungan dagang setelah sempat tegang.

Hal ini akan ditandai dengan kunjungan Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo pada Minggu (27/8) nanti ke Beijing.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AS dan China semula merupakan mitra dagang terbesar satu sama lain. Namun, belakangan persaingan keduanya terus memanas hingga merenggangkan relasi kedua negara.

Washington kini lebih banyak berdagang dengan negara tetangganya, Kanada dan Meksiko. Sedangkan Beijing lebih banyak berdagang dengan negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Saat ini, kedua negara adidaya itu berencana memperkuat kembali kerja sama bilateral.

"Kami telah mencatat bahwa China dan AS menghadapi beberapa kesulitan dan tantangan dalam kerja sama perdagangan dan investasi bilateral, yang terkait dengan berbagai langkah perlindungan perdagangan yang diadopsi oleh pihak AS," kata juru bicara Kementerian Perdagangan China, Shu Jueting.

"China akan terus menyampaikan permasalahan ekonomi dan perdagangan yang relevan dengan AS dan berupaya menciptakan lingkungan ekonomi dan perdagangan yang adil dan stabil," katanya.

Sementara itu, para pejabat AS mengatakan Raimondo akan membawa pesan bahwa Washington tidak berusaha memisahkan diri dari China, tetapi akan melindungi keamanan nasionalnya.

Peneliti Asia Society Policy Institute Neil Thomas melihat perubahan pola perdagangan tersebut menunjukkan bahwa pembatasan ekonomi yang diberlakukan oleh Tiongkok dan AS mulai mengalihkan perdagangan.

"Kemungkinan besar akan berkontribusi pada peningkatan regionalisasi perdagangan internasional, yang akan meningkatkan inflasi dan menghambat pertumbuhan negara-negara lain yang terjebak dalam konflik ini," kata Thomas, dikutip dari Reuters, Jumat (25/8).

Presiden AS Joe Biden dan beberapa sekutu AS telah membatasi ekspor semikonduktor canggih dan peralatannya ke Tiongkok dengan alasan masalah keamanan. Sedangkan Tiongkok telah membatasi ekspor dua logam yang digunakan dalam fabrikasi semikonduktor.

Akibatnya, perdagangan AS-China pada semester I tahun ini anjlok 19,6 persen atau US$67,6 miliar dibandingkan tahun lalu.

Salah satu faktor yang juga membebani perdagangan AS-Tiongkok adalah kenaikan suku bunga AS yang menghambat permintaan, termasuk produk-produk dari Tiongkok yang perekonomiannya tengah terpuruk di tengah lemahnya konsumsi domestik, krisis real estat, tingginya utang, dan kelebihan kapasitas industri.

Di sisi lain, AS menandatangani perjanjian perdagangan dengan Meksiko dan Kanada pada 2020 saat Tiongkok menandatangani Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional dengan 10 negara Asia Tenggara, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

China juga telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Kemitraan Trans-Pasifik Progresif Komprehensif, salah satu perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia. Namun agar bisa bergabung dengan poros perdagangan Pasifik ini, Tiongkok memerlukan persetujuan dari semua negara anggota, termasuk sekutu AS.

Namun, profesor pembangunan China di Universitas Cambridge, William Hurst melihat Washington dapat dengan mudah bersandar pada Kanada dan Meksiko untuk tidak mendukung tawaran Tiongkok tersebut.

"Dan kedua negara tersebut lebih menghargai perdagangan dengan AS dalam kerangka Amerika Utara dibandingkan dengan Tiongkok," kata Hurst.

[Gambas:Video CNN]



(fby/rds)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER