Pilihan Saham Berpeluang Cuan di Akhir Agustus
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 3,94 poin atau minus 0,06 persen ke level 6.895 pada perdagangan Jumat (25/8) lalu. Investor melakukan transaksi sebesar Rp9,13 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,10 miliar saham.
Dalam sepekan terakhir, indeks saham menguat tiga kali, sementara dua hari sisanya melemah. Tak heran, performa indeks pun menguat 0,52 persen.
Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia Yulianto Aji Sadono mengatakan pada periode 21 sampai dengan 25 Agustus 2023 kemarin mayoritas perdagangan saham ditutup menguat dibanding pekan sebelumnya.
Tercatat nilai rata-rata volume transaksi pada pekan lalu naik 6,66 persen dari 16,77 miliar menjadi 17,88 miliar lembar saham. Peningkatan juga terjadi pada rata-rata frekuensi, yaitu sebesar 1,93 persen dari 1.051.405 menjadi 1.071.730 kali transaksi.
Nilai kapitalisasi pasar juga meningkat sebesar 1,02 persen dari Rp10,06 triliun menjadi Rp10,16 triliun. Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian melemah 3,05 persen dari Rp10,70 triliun menjadi Rp10,37 triliun.
"Investor asing pada hari ini mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp513,06 miliar dan sepanjang 2023 investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp924,44 miliar," terang Yulianto seperti dikutip dari situs IDX, Jumat (28/7).
Lantas, seperti apa proyeksi pergerakan IHSG untuk sepekan ke depan?
Pengamat Pasar Modal PT Dinamika Gelora, Satya Oktavianus Audi memproyeksi indeks saham cenderung tertekan pada pekan ini. IHSG diprediksi bergerak di rentang support 6.760 dan resistance 6.970.
Menurut Oktavianus, pada pekan ini IHSG bakal diwarnai oleh berbagai sentimen dari perekonomian global. Ia menyebut harga minyak mentah yang kembali naik dapat memicu inflasi kembali melambung.
Harga minyak sendiri naik pasca sejumlah rig minyak turun dan terjadi kebakaran di Louisiana. Selain itu, kenaikan harga juga dipicu oleh OPEC+ yang melanjutkan pemangkasan produksi sampai September.
"Kami melihat kenaikan minyak ini berdampak negatif terhadap pasar seiring potensi inflasi yang dapat kembali naik," jelas Oktavianus kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (27/8).
Ia juga mengatakan pelemahan IHSG juga dipengaruhi oleh sentimen berupa rilis data manufaktur China Agustus yang diperkirakan naik tipis ke level 49,5 dari bulan sebelumnya 49,3.
Meski terjadi penguatan, kata Oktavianus, level ini masih berada dalam zona kontraksi di industri manufaktur China dan berdampak negatif kepada pasar. Apalagi, Negeri Tirai Bambu merupakan partner dagang Indonesia terbesar.
Tak hanya itu, rilis data non-farm payrolls Amerika Serikat (AS) Agustus yang diperkirakan penambahan kerja sebesar 170 ribu atau penambahan terendah dalam 12 bulan terakhir, juga dapat menekan IHSG.
"Kami juga mewaspadai pertambahan bangkrutnya perusahaan di AS sampai di Juli 2023 yang sebanyak 402 mendekati saat covid-19 yang akan memberikan efek domino terhadap global," imbuh Oktavianus.
Dengan sentimen di atas dan kecenderungan tekanan terhadap IHSG, ia pun menyarankan investor untuk wait-and-see atau trading jangka pendek.
Berdasarkan analisis teknikal, Oktavianus pun merekomendasikan beberapa saham yang bisa dikoleksi.
Pertama, saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau MTEL yang ditutup menguat 4,93 persen ke posisi 745 pada pekan lalu. Ia memproyeksi MTEL dapat menyentuh level 810 pada pekan ini.
Kedua, saham PT Delta Dunia Makmur Tbk atau DOID yang menguat 1,46 persen ke posisi 418 pekan lalu. Oktavianus memproyeksi DOID dapat menyentuh posisi 456 pekan ini.
Ketiga, ia merekomendasikan saham PT Telkom Indonesia Tbk atau TLKM yang ditutup stagnan di posisi 3.720 pekan lalu. Ia memproyeksi TLKM dapat menyentuh posisi 3.910 pekan ini.
Keempat, ada saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk atau INDF yang menguat 1,42 persen ke posisi 7.125 pekan lalu. Oktavianus memproyeksi INDF dapat menyentuh level 7.500 pekan ini.
Bersambung ke laman berikutnya...