Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN yang digelar pada 5-7 September 2023. Perhelatan tersebut mengusung tema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth".
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan ada tiga kekuatan besar Asean saat ini yang bisa menjadi modal sebagai pusat pertumbuhan global.
Pertama, pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ia yakin ekonomi Asean bisa di level 4,5 persen (yoy) pada 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, penanaman modal asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) yang berlimpah. Data yang dimiliki Jokowi menyebut FDI yang masuk ke kawasan Asean mencapai 17 persen pada 2022.
Ketiga, populasi ASEAN yang 65 persen berusia produktif. Populasi produktif ini merupakan yang terbesar ketiga di dunia.
Jokowi mengatakan dengan kekuatan ini, maka Asean berpotensi besar menjadi negara kelas menengah atas pada 2023.
"Ini kita harus tepuk tangan karena ini adalah modal besar ASEAN untuk mencapai cita-cita menjadi epicentrum of growth," kata Jokowi dalam Pembukaan ASEAN Summit 2023 di Istana Negara, Jumat (1/9).
Selain ketiga kekuatan tersebut, Jokowi mengatakan Asean juga memiliki keunggulan lain yaitu kedamaian.
"Asean telah membuktikan diri sebagai kawasan yang damai, sebagai kawasan yang stabil, sebagai kawasan yang tumbuh sejahtera," kata Jokowi.
Melihat tiga indikator yang disebut Jokowi tersebut, kondisi negara Asean cukup bervariatif.
Dari pertumbuhan ekonomi, Indonesia tercatat sebesar 5,17 persen pada kuartal II 2023. Kemudian Singapura (0,05 persen), Filipina (4,43 persen), Vietnam (4,14 persen), dan Malaysia (5,6 persen) pada kuartal II 2023.
Lalu untuk FDI, Indonesia tercatat sebesar US$12,59 miliar pada kuartal II 2023. Pada periode yang sama, FDI negara Asean lainnya seperti Singapura mencapai US$35 miliar, Filipina US$59 miliar, dan Vietnam US$11,58 miliar.
Sementara berdasarkan jumlah penduduk, Indonesia tercatat sebanyak 278,69 juta jiwa. Lalu Singapura sebanyak 6,01 juta, Filipina 117,3 juta, Vietnam 98,85 juta, dan Malaysia 34,30 juta.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan ada beberapa hal yang bisa menjadikan Asean sebagai epicentrum of growth.
Pertama, nilai perdagangan intra Asean yang diperkirakan mencapai US$900 miliar dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Hal ini menunjukkan saat situasi global tak pasti di mana ekonomi China menyusut dan Amerika Serikat (AS) dan Eropa menghadapi tekanan inflasi, ekonomi Asean masih berpotensi saling melengkapi rantai pasok.
Kedua, demografi penduduk negara Asean yang didominasi usia produktif.
"Bonus demografi ini bisa menjadi peluang sebagai basis produksi terutama di sektor ekonomi digital dan ekonomi kreatif," kata Bhima kepada CNNIndonesia.com, Rabu (6/9).
Lihat Juga : |
Ketiga, sumber daya alam terutama mineral kritis sebagai bahan baku energi yang lebih bersih. Mineral kritis juga saat ini diperebutkan banyak negara untuk mengembangkan industri kendaraan listrik.
Keempat, negara Asean memiliki porsi Usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang besar dalam perekonomian. Namun, Bhima mengatakan porsi ekspor UMKM di Indonesia masih lebih sedikit dibanding negara Asean lain.
Kelima, geopolitik Asean yang tidak berkaitan langsung dengan perang dagang AS-China dan konflik Rusia-Ukraina.
"Kalau Asean bisa menjadi penyeimbang kekuatan Barat dan China, maka Asean bisa menjadi tempat yang menarik karena tidak masuk Blok China dan tidak masuk Blok Barat," kata Bhima.
Namun, Bhima mengatakan stabilitas politik di negara ASEAN perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi minat investasi.
Ia menyebut situasi politik Indonesia, Malaysia, dan Singapura masih cukup stabil sehingga realisasi investasinya masih positif. Namun, kondisi politik di Kamboja dan Myanmar masih cenderung bergejolak.
"Ini yang menjadi catatan bagaimana negara Asean mendorong terciptanya stabilitas politik di semua negara anggota Asean. Karena dengan stabilitas politik ada stabilitas investasi dan perdagangan jangka panjang," kata Bhima.