Sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang Blok B, Jakarta Pusat menunggak pembayaran kios hingga puluhan juta rupiah.
Tunggakan itu diketahui dari surat peringatan dari Unit Pasar Besar (UPB) Pasar Tanah Abang Blok B yang ditempel di sejumlah kios.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, Selasa (19/9) sore, sejumlah kios tutup ditempeli surat peringatan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah kios yang mendapat peringatan mencapai puluhan, bahkan hampir 50 persen dari total kios di lantai 3A.
Hal serupa juga terlihat di lantai 3. Jumlah kios yang tutup dan ditempeli surat tak terhitung oleh jari.
Sementara, di lantai 2 jumlah kios yang ditempeli surat tidak sebanyak di lantai 3 dan 3A.
Adapun jumlah tunggakan dari setiap kios beragam. Dari pantauan, yang paling kecil adalah Rp8 juta. Sedangkan yang paling tinggi mencapai Rp43,3 juta.
"Sampai dengan surat ini saudara belum membayar/melunasi tunggakan kewajiban biaya pengelolaan pasar (BPP)/service charge. Adapun kewajiban yang belum dibayar sampai dengan bulan Juni 2023 sebesar Rp43,3 juta," demikian bunyi surat yang dimaksud kepada salah satu kios.
Dalam surat tersebut, pemilik kios juga diwajibkan segera membayar tagihan pada hari kerja paling lambat 7 hari kalender sejak surat dikeluarkan.
Apabila sampai batas waktu tersebut pemilik kios belum membayar, pengelola akan memberikan surat penutupan sementara.
Selanjutnya, sesuai Surat Keputusan (SK) Direksi Perusahaan Daerah Pasar Jaya Nomor 117 Tahun 2023 Bab VIII sanksi terkait penggunaan tempat usaha Pasal 29 Ayat (3) tahapan pemberian sanksi, dan Pasal 20 Peraturan Direksi PD Pasar Jaya Nomor 360 Tahun 2014, akan diberikan sanksi pembatalan hak pemakaian usaha.
Pedagang Pasar Tanah Abang memang sedang terlilit masalah belakangan ini. Masalah terkait penurunan omzet dagangan.
Annie, salah satu pedagang yang ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu menyebut penurunan omzet terjadi akibat anjloknya penjualannya sampai 80 persen belakangan ini.
Perempuan yang berjualan sejak 2019 di Pasar Tanah Abang itu menduga salah satu faktor merosotnya pengunjung adalah menjamurnya tren berbelanja online belakangan ini.
Mereka banyak menjajakan produk pakaian dengan harga barang lebih murah dibanding di Tanah Abang. Tawaran itu katanya, pasti mengubah minat pembeli.
Pembeli yang awalnya belanja pakaian ke Tanah Abang, sekarang lebih memilih belanja online. Selain harganya yang lebih murah, belanja online juga tak perlu membuat mereka berdesakan dan berpanas-panasan dalam belanja.
Annie masih ingat betul bagaimana ramainya Pasar Tanah Abang pada 2019 lalu, sebelum fenomena belanja online dan pandemi covid-19 menghantam. Annie mengenang saking ramainya melayani pembeli, sampai-sampai ia tidak bisa duduk.
"Sampai berdiri terus dulu, tidak bisa duduk," katanya.
Keluhan sama juga disampaikan Soleh, pedagang lain.
"Sekarang sudah kaya gini, sudah sepi banget. Pemasukan tak menentu. Kadang ada, kadang tak ada sama sekali," keluh.
Ia mengaku pada 2019 bisa mengantongi puluhan juta per hari. Namun, saat ini ia pernah mengalami hanya mendapat satu pembeli dalam satu hari.
Menurutnya, masalah yang dialami pedagang Pasar Tanah Abang tak lepas dari kemunculan TikTok Shop.
TikTok Shop merupakan platform social e-commerce yang memungkinkan penjual untuk menawarkan produknya ke pengguna secara langsung. Penjual maupun kreator dapat menjual produknya melalui in-feed videos, LIVEs, dan tab katalog produk.
"Dulu sebelum TikTok ada, tokonya masih ada, Lazada, Shopee itu tidak pengaruh ke pasaran. Sekarang sudah ada TikTok hadir (jadi sepi)," Jelas Soleh.