Eliza Mardian menyebut fenomena El Nino masih menghantui produksi padi hingga 2024 mendatang. Oleh karena itu, Indonesia tidak boleh terus terpuruk karena ada ancaman besar jelang puasa dan lebaran tahun depan.
Ia mewanti-wanti jika pada musim tanam November 2023-Desember 2023 kekurangan air, maka produksi pada panen raya bisa terganggu. Normalnya, puncak panen raya terjadi pada Maret hingga April.
"Itu bertepatan dengan momentum puasa dan lebaran. Ini yang perlu dimitigasi dari sekarang agar kejadian ini tidak semakin menjalar ke mana-mana. Jangan sampai kasus kelangkaan minyak goreng terjadi pada beras," wanti-wanti Eliza.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eliza menyarankan Indonesia belajar dari China. Pasalnya, produksi beras Negeri Tirai Bambu diproyeksikan naik meski luasan tanamnya berkurang imbas cuaca ekstrem. Eliza menyebut kenaikan produksi beras China terjadi karena adanya peningkatan produktivitas.
"Mereka menerapkan strategi tanggap bencana, dimulai dari pemilihan varietas yang lebih baik dan tahan, sistem pengairan yang baik, dan lain-lain. Sehingga bisa membuat China mengekspor beras ke Pantai Gading, Ghana, dan Kongo pada Agustus 2023 lalu setelah India membatasi ekspor berasnya," tuturnya.
Di lain sisi, Syaiful Bahari mendesak pemerintah mengerahkan seluruh daya upaya agar target produksi padi di kuartal pertama 2024 kembali normal, atau setidaknya mendekati normal. Ia meminta anggaran diperbesar, terutama untuk pupuk, pembuatan sumur bor, dan pompanisasi lahan-lahan kekeringan.
"Lupakan dulu membangun infrastruktur besar-besar yang akan memakan waktu lama. Yang diperlukan sekarang adalah penanganan jangka pendek untuk menambah produksi beras nasional," tegas Syaiful.