Aksi Ambil Untung Jungkalkan Harga Minyak ke Level Terendah 3 Minggu
Harga minyak turun sekitar 2 persen pada Senin (2/10) sore ke level terendah dalam tiga minggu.
Mengutip Reuters, Brent berjangka untuk pengiriman Desember turun US$1,49, atau 1,6 persen ke US$90,71 per barel, atau turun sekitar 5 persen dari kontrak November yang berakhir pada Jumat (29/9) lalu.
Itu merupakan persentase penurunan harian terbesar Brent sejak awal Mei. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$1,97 atau 2,2 persen ke US$88,82 per barel.
Analis mengatakan penurunan harga minyak dipicu aksi ambil untung yang terjadi setelah harga minyak mentah naik hampir 30 persen ke level tertinggi dalam 10 bulan pada kuartal ketiga.
"Sangat mungkin bahwa aksi ambil untung oleh spekulan saat ini memainkan peran (dalam penurunan harga baru-baru ini) dan akan berhenti membebani pasar seiring berjalannya waktu," kata analis di perusahaan konsultan energi Gelber and Associates dalam sebuah catatan.
Minyak juga terbebani oleh ekspektasi pasar bahwa The Fed akan mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi lebih lama lagi di tengah kemelut pembahasan anggaran di AS.
Kalau itu benar, analis menyebut itu semua cukup membebani harga minyak. Pasalnya, mempertahankan kebijakan bunga acuan tinggi berpotensi membebani laju pertumbuhan yang pada akhirnya bisa menekan permintaan minyak.
"Prospek global dengan cepat berubah menjadi lebih buruk (akibat kebijakan itu) dan hal ini mendorong perdagangan dolar lagi dan membebani prospek permintaan minyak mentah," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analisis OANDA.
Selain itu harga minyak juga terbebani oleh pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi China 2024 yang dilakukan oleh Bank Dunia.
Pemangkasan proyeksi dikhawatirkan bakal berdampak ke permintaan minyak. Maklum, China merupakan salah satu konsumen terbesar dunia.