Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas ikut bersuara soal nelangsa dan sepi yang dialami oleh para pedagang di Pasar Tanah Abang, Klewer, Cipadu dan sejumlah tempat lainnya.
Ia mengatakan para pengamat memang mengatakan sepinya pembeli yang dialami oleh pedagang di pasar tersebut dipicu oleh pesatnya perdagangan online belakangan ini.
Namun katanya, ada faktor lain yang juga harus dilihat dan dicermati selain masalah itu; melemahnya daya beli masyarakat imbas tergerus lonjakan inflasi. Masalah itu katanya, juga ikut berkontribusi pada sepinya pasar Tanah Abang Cs.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan inflasi yang naik belakangan ini secara tidak langsung berpengaruh besar pada kemampuan belanja masyarakat. Meskipun secara nominal, pendapatan masyarakat tidak berkurang, tapi karena inflasi naik, daya beli masyarakat menjadi berkurang karena harga barang makin mahal.
Akibat kondisi itu, masyarakat mengerem belanja barang yang sifatnya sekunder dan tersier.
"Karena ada persoalan keuangan yang terbatas mereka hanya bisa membeli barang-barang kebutuhan yang bersifat primer saja," katanya dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan di Jakarta, Kamis (12/10).
"Konsekuensinya, mereka tidak lagi bisa berbelanja barang, pakaian sehingga Pasar Tanah Abang, Cipadu dan Klewer serta pasar-pasar tradisional dan modern lainnya," tambahnya.
Anwar menawarkan tujuh jurus agar masalah itu bisa teratasi sehingga Pasar Tanah Abang Cs bisa ramai pembeli lagi.
![]() |
Pertama , menyediakan dan memberikan pekerjaan yang layak kepada warga masyarakat terutama untuk mereka-mereka yang masih menganggur.
Kedua, menaikkan gaji dari pegawai negeri dan para pekerja swasta.
Ketiga, meningkatkan penjualan dari para pedagang dengan membatasi masuknya barang-barang impor.
Keempat, meningkatkan pengetahuan dan skill dari para pengusaha termasuk penguasaan terhadap masalah digital agar mereka dapat menjual barangnya dengan harga yang murah dan kompetitif.
Kelima, mendorong pemerintah belanja produk buatan dalam negeri.
Keenam, menggerakkan masyarakat agar mencintai produk dalam negeri.
Ketujuh, mengenakan pajak dan ketentuan-ketentuan yang tinggi dan ketat terhadap barang-barang yang berasal dari impor.
Para pedagang dan pelaku UMKM menjerit belakangan ini akibat omzet penjualan mereka anjlok parah. Para pedagang menyatakan penurunan omzet terjadi setelah aplikasi TikTok Shop merajalela belakangan ini.
Aplikasi itu membuat mereka digempur habis-habisan oleh produk impor murah.
Jerit salah satunya disuarakan oleh Soleh (27), salah satu pedagang Pasar Tanah Abang. Ia mengaku omzetnya turun karena TikTok Shop.
Ia mengaku sebelum TikTok Shop merajalela, bisa mengantongi puluhan juta per hari. Namun, kini dirinya pernah hanya mendapat satu pembeli dalam sehari.
"Dulu sebelum TikTok ada, tokonya masih ada, Lazada, Shopee itu gak ngaruh ke pasaran. Sekarang sudah ada TikTok hadir (jadi sepi)," ucap Soleh kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Menyikapi keluhat itu, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan beberapa waktu lalu mengeluarkan aturan yang pada intinya melarang social commerce, salah satunya TikTok Shop berjualan di tanah air.
(agt/sfr)